Kamis, 08 Januari 2009

> SEMINAR YANG BAIK

Sebelum kita melihat bagaimana membuat sebuah seminar yang baik, baiklah kita perjelas dahulu apa yang dimaksud dengan seminar dalam tulisan ini.
Yang pertama adalah apa tujuan seminar. Seminar di sini adalah untuk mengeksplorasi sebuah ide. Dengan demikian seminar berbeda dengan pelatihan, di mana di dalam pelatihan, ada sebuah keahlian yang dibawakan oleh seorang yang menguasainya dan di dalam pelatihan terjadi transfer ilmu.
Yang kedua adalah bagaimana peran orang yang ikut di dalam seminar. Seminar adalah satu pertemuan di mana semua para pesertanya terlibat aktif. Di dalam seminar yang dimaksud ini, tidak ada pembicara dan peserta, seperti yang dikenal dalam seminar pada umumnya. Tidak ada perbedaan antara pembicara dan peserta. Dengan demikian seminar dibedakan dari kuliah, di mana ada seorang lektor membawakan suatu tema atau ide, dan peserta kuliah mendengarkan dan bertanya. Lektor adalah seseorang yang menguasai tema tersebut, sedangkan peserta adalah orang yang mempelajari tema tersebut.
Untuk berjalannya sebuah seminar dengan baik perlulah dipikirkan beberapa syarat:
1. Ruang seminar
2. Peserta
3. Moderator
4. Jalannya seminar

Ruang Seminar
Ruang seminar yang memadai adalah sebuah ruang yang memungkinkan interaksi aktif selurah peserta seminar. Sebuah meja bundar besar adalah sebuah contoh yang baik. Atau kursi yang disusun dengan melingkar. Ruangan tentu saja harus cukup tenang dan cukup terang untuk memberikan iklim yang enak untuk berseminar. Adanya sebuah papan tulis dapat membantu.
Peserta
Untuk berjalannya sebuah seminar dengan baik, semua peserta adalah bukan kertas kosong yang menunggu diisi, seperti halnya kuliah. Mereka harus sudah membaca tentang tema yang akan diseminarkan. Mereka bisa membuat sebuah esei pendek tentang tema yang diseminarkan. Bila yang diseminarkan adalah sebuah teks, teks tersebut telah dibaca secara analitis, ditandai, disertai tanggapan dan kritik.
Dengan terlebih dahulu membaca tentang tema yang akan diseminarkan, mereka telah mengolahnya di dalam kepala mereka. Mereka telah memiliki bayangan akan apa yang diseminarkan. Kertas di tangan yang berisi ringkasan tema yang diseminarkan menurut masing-masing peserta, akan memandu mereka nantinya di dalam seminar.

Moderator
Seorang moderator di dalam seminar berbeda dengan seorang lektor di dalam kuliah. Ia bukanlah seorang yang memberikan pelajaran, melainkan orang yang mengarahkan jalannya seminar.
Semestinyalah seorang moderator adalah orang yang paling senior dalam tema yang akan diseminarkan. Ini bukan berarti pendapatnyalah yang paling benar. Senioritas dalam penguasaan materi semata-mata untuk mengarahkan seminar, karena ia mestinya yang paling tahu tentang seluk beluk tema yang diseminarkan.
Peran seorang moderator ada dua: mengarahkan (directing) dan memoderasi (moderating). Dalam mengarahkan, ia menjaga agar seminar tidak melenceng dari tema. Dengan memoderasi, ia menjaga agar tidak ada satu orang atau satu ide tertentu yang terlalu mendominasi seminar sehingga seluruh tema seminar tidak tereksplorasi dengan baik.
Sebelum seminar, seorang moderator harus telah membaca tema yang akan diseminarkan, menyiapkan catatan tentang tema tersebut, menentukan kata-kata kunci, dan menyusun pertanyaan-pertanyaan kunci yang nantinya akan ditanyakan di dalam seminar. Di awal seminar ia dapat menuliskan terlebih dahulu poin-poin yang akan didiskusikan atau menggambarkan sebuah diagram yang mencerminkan ide yang akan didiskusikan.
Seorang moderator yang baik haruslah seorang pendengar dan pembicara yang baik. Ia mampu menangkap maksud sebuah pembicaraan dan membuatnya lebih jelas. Ia mampu memparafrasekan sebuah pertanyaan menjadi pertanyaan lain yang lebih jelas.
Mengingat beratnya tugas seorang moderator, sebaiknya seorang moderator tidak memimpin sebuah seminar lebih dari satu kali dalam sehari.

Jalannya seminar
Seminar dimulai dengan pengantar singkat dari moderator, dan langsung dilanjutkan dengan pertanyaan kunci yang dibahas oleh semua peserta secara bergiliran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya seminar berjalan baik:
1. Seminar adalah sebuah diskusi dua arah. Tidak ada seorang yang lebih mendominasi pembicaraan. Adalah tugas moderator untuk memperhatikan ini.
2. Seminar bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah jelas ada jawabannya, lalu mengarah ke pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih dalam dan tidak jelas jawabannya. Pertanyaan jenis kedualah yang memberikan manfaat terbesar. Tidaklah banyak pertanyaan yang seperti demikian.
3. Semua pertanyaan dan pernyataan dinyatakan dengan jelas tanpa ambiguitas. Jika sebuah pertanyaan atau pernyataan belum jelas, moderator harus bisa menunjukkan itu dan meminta sang pengujar untuk memperjelasnya.
4. Masih berhubungan dengan poin pertama, setiap pertanyaan haruslah jelas sebelum ditanggapi dengan jawaban. Penanggap berhak meminta penjelasan lebih lanjut atas pertanyaan sebelum ia menjawab. Tanggapan tentunya juga harus relevan dengan pernyataan. Moderator juga harus memperhatikan ini.
5. Sebuah pertanyaan bisa dilihat sebagai jembatan kepada pertanyaan lain yang lebih mendasar. Hanya dengan cara demikian sebuah seminar dapat memberikan manfaat lebih.
6. Bila ada istilah yang sama, tetapi dipakai dengan arti yang berbeda oleh beberapa orang, moderator harus menunjukkan itu dan membuat kesepakatan dalam arti apa istilah itu dipakai sebelum melanjutkan seminar.
7. Etiket harus diperhatikan dalam sebuah seminar, seperti halnya di sebuah meja makan. Bahasa harus santun dan tidak merendahkan. Moderator terlebih harus memberikan contoh yang dapat diikuti oleh peserta yang lain. Bukan berarti seminar tidak bisa dilakukan dengan ringan dan diiringi tawa, namun canda dan tawa dilakukan dengan wajar dan memberi makna di dalam seminar. Tidak ada yang lebih membantu untuk mengingat ketimbang ide-ide kreatif yang kadang membangkitkan tawa.
8. Seminar adalah sebuah tempat untuk menggodok ide. Ia bukanlah tempat untuk membenarkan diri. Setiap orang harus kritis namun menerima bila ada pendapat yang lebih baik. Di dalam seminar semua orang memiliki posisi yang sama.
9. Sebuah seminar yang baik tidaklah harus menghasilkan sebuah kesimpulan tunggal. Setiap orang bisa pulang dengan pendapatnya masing-masing. Yang terpenting adalah mata mereka lebih terbuka, mereka telah melihat ide-ide baru yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka.
Demikianlah sebuah seminar Sokratik sebaiknya dilaksanakan. Dengan seminar seperti ini, semua peserta dapat mengambil manfaat. Sebuah seminar yang baik seperti ini dapat memberi manfaat seumur hidup yang mengendap sebagai manfaat terbaik yang dapat diberikan oleh sebuah pendidikan.

> TEKNIK SEMINAR

PEDOMAN TEKNIK
PENYAJIAN INFORMASI ILMIAH
DALAM SEMINAR/LOKAKARYA/TEMU TUGAS
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
TIM AHLI BPTP - PAATP
1998


Kata Pengantar
Dalam masyarakat ilmiah, penyajian informasi secara verbal, baik berupa
suatu usulan kegiatan ataupun berupa hasil-hasil penelitian, termasuk perakitan
teknologi, dalam Lokakarya, Temu Tugas maupun pertemuan lainnya, dapat
dikatakan telah merupakan suatu kegiatan yang rutin dan terus menerus dilakukan.
Dalam hubungan dengan mandat Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Loka
Pengkajian Teknologi Pertanian dan/atau Instalasi Penelitian dan Pengkajian
Teknologi Pertanian, penyajian informasi menjadi lebih relevan karena penyampaian
informasi hasil-hasil peengkajian dilakukan secara terus menerus kepada para
petani/pengguna.
Penyajian informasi, dengan tujuan “menyampaikan pesan” pada pihak lain
dan sekaligus memperoleh umpan balik untuk tujuan penyempurnaan, memerlukan
suatu upaya tersendiri agar tujuan tercapai secara efektif. Tak dapat disangkal bahwa
banyak penyajian verbal yang sangat tidak efektif atau bahkan membosankan karena
penyaji tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup dalam teknik penyajian
informasi.
Petunjuk teknik penyajian informasi ilmiah secara verbal ini dimaksudkan
untuk memberi bekal bagi penyaji dalam mempersiapkan penyajian informasi ilmiah,
sehingga tujuan yang diharapkan untuk menyampaikan “pesan” yang ingin
disampaikan dapat diterima dengan efektif oleh pendengarnya.
Jakarta, September 1998
Tim Ahli Badan Litbang BPTP – PAATP
Koordintor
Drh. M. Rangkuti, MSc
NIP. 080019139

Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................................................ iii
Pendahuluan.............................................................................................................................................1
Seminar/Lokakarya/Temu Tugas..............................................................................................................2
a. Seminar yang Tidak Efektif. .........................................................................................................2
b. Seminar yang Efektif ....................................................................................................................4
c. Penyaji yang Efektif......................................................................................................................4
Menyiapkan Seminar ...............................................................................................................................6
Tips Dalam Penyajian Seminar.................................................................................................................8
Materi Seminar ........................................................................................................................................8
Alat Bantu Peraga [Visual Aids]...............................................................................................................9
Penyaji dan Peserta ................................................................................................................................10
Merencanakan Pembuatan Alat Bantu Peraga ........................................................................................11
Mempersiapkan Alat Bantu Peraga :.......................................................................................................12
Slide dan Transparansi.......................................................................................................................12
Slide untuk Kalimat/Pernyataan..........................................................................................................13
Slide untuk Tabel ...............................................................................................................................14
Slide untuk Grafik dan Diagram. ........................................................................................................15
Slide untuk Gambar dan Gambar-Abstrak ..........................................................................................15

PETUNJUK TEKNIK PENYAJIAN INFORMASI ILMIAH
DALAM SEMINAR/LOKAKARYA/TEMU TUGAS

Pendahuluan
Penyajian informasi, pada umumnya, dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
tulisan [publikasi] dan secara lisan. Cara atau teknik penulisan ilmiah, baik untuk
laporan ataupun untuk publikasi dalam suatu penerbitan dibahas dalam “PETUNJUK
PENULISAN LAPORAN DAN/ATAU PUBLIKASI ILMIAH”, sedangkan teknik
penyajian dalam mengkomunikasikan informasi tersebut secara lisan, misalnya dalam
suatu Seminar, Lokakarya, Temu Tugas atau pertemuan-pertemuan formal lainnya
dituangkan dalam “PETUNJUK TEKNIK PENYAJIAN INFORMASI ILMIAH
DALAM SEMINAR/LOKAKARYA/TEMU TUGAS” ini.
Seminar, Lokakarya, Temu Tugas atau pertemuan formal lainnya [selanjutnya
disebut Seminar], terutama yang bersifat ilmiah, merupakan wahana pertukaran ide,
ilmu atau informasi yang diharapkan bermanfaat bagi penyaji maupun pendengarnya,
dan merupakan komunikasi dua arah/timbal balik. Manfaat ini hanya akan terjadi
apabila (i) materi yang disajikan menarik dan memang layak diinformasikan dan/atau
memerlukan input balik untuk penyempurnaan bagi kegiatan berikutnya dan (ii)
pendengar menyimak dan mengerti materi yang disajikan. Hal yang terakhir ini sangat
dipengaruhi oleh (i) ketajaman ilmiah penyaji dan (ii) teknik penyajian itu sendiri.
Atau dengan kata lain, penyajian ilmiah, supaya efektif, sangat dipengaruhi oleh
kemampuan individu penyaji itu sendiri. Perlu kiranya diperhatikan dengan serius,
terutama oleh penyaji, bahwa peserta yang datang kedalam suatu Seminar, telah
menyediakan waktu, membayar biaya dan menginginkan informasi yang bermanfaat
bagi dirinya, ditambah dengan capai-lelah panitia pelaksana, layaklah kiranya
informasi yang akan disajikan bermanfaat dan disajikan secara komunikatif.
Tujuan Petunjuk Teknik Penyajian Informasi ini adalah untuk mempersiapkan
penyaji agar PESAN yang terdapat dalam materi penyajian dapat tersampaikan secara
efektif kepada pendengarnya, sehingga dapat diharapkan terjadi “feedback” bagi
penyaji. Pericles, seorang Jenderal Athena, yang hidup dalam abad emas Yunani
mengatakan bahwa ..”seseorang yang dapat berpikir, namun tidak mampu
mengekspresikan buah pikirannya, sama tingkatnya dengan orang yang tidak dapat
berpikir.”. Meskipun dapat diperdebatkan, namun pernyataan tersebut menunjukkan
pentingnya “kemampuan mengekspresikan buah pikiran” yang berupa informasi bagi
orang lain.

Kemampuan mengkomunikasikan informasi agar dapat diterima pendengarnya
merupakan hal yang sangat penting untuk meyakinkan pendengar, dan dalam hal
fungsi BPTP/LPTP/IPPTP, sangat berguna dalam proses penyuluhan dan kegiatankegiatan
promosi teknologi atau kegiatan-kegiatan partisipatif.
Namun demikian, tidak jarang yang terjadi adalah kebalikannya, pesan yang
ingin disampaikan tidak tersampaikan, karena kurangnya kemampuan
mengkespresikan informasi. Termasuk kedalamnya adalah kurangnya mempersiapkan
diri untuk menghadapi Seminar atau pertemuan formal lainnya.

Seminar/Lokakarya/Temu Tugas
Seminar atau pertemuan formal lainnya merupakan wahana pertukaran ide dan
informasi dalam bidang tertentu, yang dilakukan oleh akademisi atau profesional,
dimana berbagai ide ditanam dan dipupuk, sedangkan yang lainnya dan dianggap
tidak bermanfaat dipangkas atau dibuang. Berdasarkan efektifitasnya, Seminar dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu Seminar yang tak efektif dan Seminar
yang efektif. Dalam Seminar yang tak efektif, meskipun pada akhirnya pendengar
memberikan aplaus, dengan tepuk tangan gemuruh, pendengar yang sama mungkin
keluar ruangan sambil bertanya pada diri sendiri, apa yang seyogyanya dilakukan agar
waktu yang baru saja berlalu dapat dimanfaatkan lebih baik lagi. Sebaliknya, Seminar
yang efektif merupakan wahana komunikasi dua arah (timbal balik) dan bermanfaat
bagi penyaji maupun pendengarnya.

a. Seminar yang Tidak Efektif
Bercakap-cakap dengan peserta lain, membaca surat kabar atau artikel lain,
melamun, mengantuk dan bahkan tertidur, telah merupakan peristiwa umum yang
sering terjadi dalam suatu Seminar. Tak jarang bahkan, yang “mempengaruhi”
suasana demikian adalah para peserta/pendengar itu sendiri. Secara keseluruhan,
sering terjadi, bahwa informasi dan/atau peraga yang disampaikan kurang menarik,
dilanjutkan dengan perioda tanya-jawab yang membosankan, dan para peserta yang
telah datang membayar dan mungkin juga untuk memperoleh nilai kredit yang
dibutuhkan, gagal membangun komunikasi yang diharapkan. Seminar demikian tidak
bermanfaat baik bagi peserta seminar maupun penyaji itu sendiri; dan oleh karenanya
lebih merupakan suatu “batu loncatan” daripada sebagai suatu wahana pertukaran
informasi atau latihan ilmiah.
Menurut seorang praktisi, alasan utama terjadinya Seminar yang tak efektif
adalah karena penyaji menganggap ringan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk
menghasilkan Seminar yang efektif, atau dengan kata lain, penyaji kurang mempersiapkan
diri dengan baik. Untuk menjadi penyaji yang efektif, seorang penyaji
harus banyak belajar. Bahkan, upaya-upaya yang lebih luas perlu dilakukan untuk
menentukan pemilihan topik yang diminati, “diaduk” dengan alat peraga ditambah
dengan cara berbicara yang dapat menyebabkan adanya “hubungan-komunikasi”
dengan pendengarnya. Mungkin penyaji menganggap bahwa “ilmu pengetahuan
menumbuhkan rasa hormat”, sehingga secara otomatis pendengar akan menyimak
dengan sungguh-sungguh. Anggapan ini tidak benar, karena ilmu pengetahuan tidak
secara otomatis lebih menarik daripada topik umum lain yang disajikan. Oleh karena
itu, penyaji topik ilmiah juga membutuhkan kemampuan meramu teknik berbicara
dengan penyajian yang baik, termasuk penggunan alat peraga, sebaik pembicara
umum lainnya.
Berbagai faktor lain yang juga turut berperan pada Seminar yang kurang
berhasil adalah (i) sikap penyaji itu sendiri terhadap Seminar, misalnya hanya
menganggap sebagai sarana memperoleh nilai kredit, sehingga tidak memerlukan
persiapan dan latihan yang sungguh-sungguh. Hal ini memprihatinkan, karena
ketrampilan meng-komunikasikan informasi secara verbal berperan sangat penting
dalam menunjang perolehan pekerjaan dan kemajuan karir, (ii) penyaji menilai
dirinya sebagai pemikir yang bebas/mandiri, mempersiapkan Seminar dengan
pendekatan yang dapat dikatakan “monkey see, monkey do”, cukup dengan meniru
apa yang dilakukan oleh penyaji lain, termasuk meniru penyaji lain yang tidak siap,
dan (iii) jumlah latihan/kesempatan yang kurang memadai, misalnya hanya 1 atau 2
kali Seminar, bagaimana mungkin latihan menjadi sempurna?. Tambahan pula, waktu
penyampaian Seminar yang kurang tepat, misalnya siang atau sore hari, saat mana
para peserta lebih menghendaki istirahat daripada menghadiri Seminar.
Sampai dengan tahap ini, diharapkan bahwa calon penyaji telah menyadari
bagaimana menghindari Seminar yang tak menjanjikan. Namun, sebelum
mempertimbangkan berbagai petunjuk yang dapat membantu menyiapkan dan
menyampaikan Seminar yang menarik minat, penyaji pertama-tama harus
mendefinisikan apakah yang disebut Seminar yang efektif/berhasil. Layak untuk
diingat bahwa kegagalan mendefinisikan tujuan yang diharapkan merupakan produk
pola pikir yang kabur/tidak jelas. Pola pikir yang tidak jelas menghasilkan tindakan
yang tidak jelas, dan tindakan yang tidak jelas menyebabkan frustrasi dan kadangkadang
kegagalan.

b. Seminar yang Efektif
Kata seminar berasal dari bahasa Latin seminarium, yang berarti persemaian.
Jadi, dalam definisi operasional mungkin berarti suatu pertemuan akademis atau
profesional dimana berbagai ide ditanam dan dipupuk, sedangkan yang lainnya
dipotong. Definisi yang lebih bebas adalah seminar merupakan pertemuan untuk
pertukaran ide dalam bidang tertentu. Layak dicatat bahwa kata pertukaran berarti
memberi dan menerima secara berbalasan. Dengan kata lain, Seminar harus memberi
manfaat baik bagi penyaji maupun pendengarnya. Namun hal ini hanya akan terjadi
bila peserta mendengarkan dan mengerti. Oleh karena itu, komunikasi akan sangat
bergantung pada topik ilmiah penyaji dan teknik penyajian.

c. Penyaji yang Efektif
Menjadi penyaji yang efektif, bukan hanya masalah berlatih. Penyaji sekali
lagi, harus memiliki tujuan dan mendefinisikan apa yang disebut penyaji yang efektif .
Sekali penyaji mengerti apa yang menjadikan seorang penyaji efektif, maka penyaji
dapat berlatih dengan lebih cerdik dan efektif, dan apabila rajin berlatih, maka penyaji
tersebut dapat menjadi penyaji yang efektif. Definisi-definisi berikut diringkas dari A
Syllabus of Speech Fundamentals dari Mardell Clemens dan Anna Lloyd Neal.
Definisi-definisi ini penting, sehingga mungkin baik bila dapat dihafalkan. Kriteria
berikut ini berlaku bagi semua pembicara umum, tanpa menghiraukan pengalaman
maupun profesi mereka. Penyaji yang efektif adalah seseorang yang :
1) Memiliki karakter, pengetahuan dan pertimbangan yang menimbulkan rasa
hormat.
2). Mengetahui bahwa dia memiliki pesan yang akan disampaikan, mempunyai tujuan
yang jelas dalam menyampaikan pesan, merasa bertanggung-jawab bahwa pesan
dapat tersampaikan dan telah menyelesaikan tujuan tersebut.
3) Menyadari bahwa tujuan utama penyajian tersebut adalah komunikasi ide dan perasaan
untuk memperoleh respon yang diinginkan.
4) Mampu menganalisa dan menyesuaikan dengan setiap situasi penyajian.
5) Mampu memilih topik yang jelas dan layak saji.
6) Mampu membaca dan mendengarkan berbagai perbedaan [tidak membuta menerima
saran ataupun keras kepala selalu menolak pertimbangan yang berlawanan
dengan idenya].
7) Mampu menjaga fakta dan pendapat melalui penyelidikan yang rinci dan
pemikiran yang hati-hati [sehingga penyajiannya, baik dalam forum terbatas
ataupun umum, bernilai bagi pendengarnya].
8) Mampu memilih dan mengatur bahan-bahan sehingga membentuk suatu penggabungan
yang saling terkait.
9) Mampu menggunakan bahasa yang jelas, langsung, layak dan nyata.
10) Mampu membuat penyajiannya vital dan bebas dari unsur-unsur pengganggu.
Kriteria ini mampu membuat penyaji mempertahankan rapport atau
suasana/hubungan komunikatif antara penyaji dengan pendengarnya. Rapport
dapat diartikan sebagai suatu konsep kepercayaan mutualistik atau keakraban
emosional antara penyaji dan pendengarnya dan merupakan dasar komunikasi
dalam konteks kemampuan bicara dimuka umum, sehingga menjadi suatu
keharusan bagi para penyaji untuk memahami konsep ini. Bila penyaji telah dapat
membangun rapport, penyaji dapat merasakan minat dari pendengarnya. Secara
psikologis, hal ini menjadi dorongan semangat bagi penyaji untuk berpenampilan
lebih baik. Sama halnya, pendengar juga dapat merasakan pengetahuan,
kemampuan dan entusiasme penyaji dalam berkomunikasi/menyampaikan
informasi bagi mereka. Sebaliknya, apabila penyaji gagal menciptakan rapport,
atau kehilangan suasana tersebut walaupun telah terciptakan, minat pendengar
berkurang dan suasana membosankan timbul. Bila atmosfir tersebut terbentuk,
penyaji sebaiknya tidak melanjutkan penyajiannya, karena komunikasi telah
terputus. Jadi, singkatnya, penyaji yang efektif adalah penyaji yang mampu
membangun dan mempertahankan rapport atau suasana komunikatif dengan pendengarnya.
Bagaimana melakukan hal ini dalam Seminar?

Menyiapkan Seminar
Pada umumnya, tahap pertama dalam mempersiapkan bahan untuk Seminar adalah
dengan membuat garis-garis besar [Outline] dari topik yang akan disajikan. Disatu
pihak, Outline berguna untuk penataan informasi, namun dilain pihak Outline kurang
menarik dan kurang membangkitkan komunikasi, apalagi bila kurang sistimatis dan
kurang informatif. Hal ini dapat terjadi apabila pemilihan kata untuk Outline tidak
membangkitkan minat peserta Seminar. Alternatif lain adalah dengan
mengembangkan Outline yang bersifat naratif dan komunikatif. Informasi naratif
mudah dikembangkan melalui salah satu penemuan terbesar umat manusia, yaitu
kertas komputer. Yang diperlukan, awalnya mungkin hanya 4 - 5 lembar kertas yang
bersambung. Tahap pertama yang dilakukan adalah menata informasi dalam bentuk
Outline, kemudian mengembangkan liputannya dalam bentuk kerangka konsep naratif
dengan menata seluruh ide secara kronologis dan sistematis. Apabila kerangka ini
telah terbentuk, akan sangat mudah melakukan penyuntingan [editing], penataan [reorganizing]
maupun pengembangannya [development]. Setelah alur ide tersusun,
tahap berikutnya adalah menyisipkan data/fakta/ringkasan informasi yang akan
disampaikan. Apabila konsep naratif telah dikembangkan, maka saatnya untuk
berpikir alat peraga [visual aids] yang akan digunakan untuk menggambarkan
informasi tersebut. Alat peraga yang paling sederhana dan umum digunakan adalah
slide dan OHP transparansi; atau pada era saat ini adalah dengan langsung
menggunakan komputer yang dilengkapi dengan transformator-proyektor; dengan
programnya antara lain Microsoft Power Point. Namun demikian, dalam memilih alat
bantu peraga yang akan digunakan, selain diperlukan pemahaman mengenai kelebihan
dan kelemahan masing-masing alat peraga tersebut, serta rasional dibalik pembuatan
peraga tersebut. Prinsip ini harus digunakan dalam mengembangkan alat bantu peraga
sesuai dengan kebutuhan narasi yang akan disajikan, yang pada intinya adalah suatu
orkestra yang sinkron antara berbicara dan berperaga. Sampai dengan tahap ini,
penyaji sudah hampir siap untuk memberikan seminar, namun ada dua hal yang
sebaiknya diingat, yang pertama adalah kuotasi dari Pericles, seorang Jendral dan
negarawan Athena yang dibayar untuk menciptakan kata-kata mutiara pada Jaman
keemasan Yunani, yang mengatakan bahwa orang yang dapat berpikir namun tidak
mampu mengekspresikan pikirannya, sama tingkatnya dengan orang yang tidak dapat
berpikir. Dalam bahasa yang lebih sederhana dan relevan dengan kemampuan
menyajikan informasi dalam seminar, dapat dikatakan bahwa penyaji yang tak dapat
mengekspresikan buah pikirannya ada dalam kesulitan besar. Oleh karena itu, ada
baiknya untuk menuliskan terlebih dahulu seluruh informasi yang akan dikatakan
dalam seminar. Hal ini akan memaksa penyaji untuk berpikir kritis mengenai kegiatan
yang dilakukan dan akan disajikan dalam Seminar. Namun demikian, teks tulisan
tersebut bukan untuk dihafal.
Untuk memperoleh hasil terbaik, cara berbicara dalam penyampaian materi
seminar sebaiknya bebas dari keterikatan teks, dalam arti yang dikemukakan bukan
merupakan hasil hafalan yang telah disiapkan atau dilatih sebelumnya. Kelemahan
dalam penyajian ilmiah yang dihafalkan sebelumnya adalah bahwa menghafal dan
berbicara tekstual menyebabkan sulitnya mengembangkan rapport dengan pendengar.
Tambahan pula, apabila penyaji menghafal materi yang akan disajikan, pada suatu
saat dapat terjadi penyaji lupa dengan materi yang akan dikatakan. Hal ini dapat
menyebabkan kegugupan dan kacaunya sistimatika penyajian. Aktor-aktor perfilman
biasanya belajar sedikit verbal yang membuat mereka dapat mengatasi situasi lupa
teks. Namun harus diakui bahwa para penyaji seminar bukanlah aktor, dan oleh
karenanya belum tentu mampu mengatasi situasi semacam ini; akibatnya kemampuan
menguasai suasana seminar mendadak hilang. Perlu senantiasa diingat bahwa penyaji
yang efektif adalah penyaji yang memiliki pengetahuan yang dapat dihargai, dalam
arti bahwa ia menguasai materi seminar meskipun materi tersebut tidak dihafalkan.
Karena kemungkinan penyaji menjadi aktor sama besarnya dengan kemung- kinan
menjadi pembaca berita ditelevisi, lebih baik kemungkinan menjadi ahli membaca
manuskrip itu diserahkan kepada ahlinya. Merupakan kesulitan tersendiri untuk dapat
menjalin kontak mata dengan seluruh peserta seminar, entah karena intensitas cahaya
yang kurang atau sebab-sebab lainnya, yang juga menyulitkan peserta untuk
memandang wajah penyaji. Menatap dan membaca teks secara terus menerus
membuat masalah menjadi lebih kompleks, meskipun mungkin mengasyikkan bagi
penyaji, namun sangat membosankan bagi peserta sidang. Secara ringkas, berbicara
dihadapan peserta seminar sebaiknya dengan pendekatan bebas, tanpa keterikatan
dengan hafalan, atau bahkan membaca materi seminar. Hal ini juga meningkatkan
rasa percaya diri penyaji sebagai pembicara. Rasa percaya diri, seperti juga
penampilan yang meyakinkan, merupakan hasil dari latihan yang terus menerus.
Penyaji harus selalu berlatih dihadapan para peserta yang kritis; tak perlu jumlah
Peserta yang banyak, cukup dari reken-rekan sekerja dan bila mungkin ditambah
dengan satu atau dua orang senior yang dirasakan mampu memberi masukan dan
kritik. Latihan perlu dilakukan pada waktu-waktu awal, sehingga masih cukup waktu
untuk perubahan-perubahan bila diperlukan, termasuk memperbaiki alat bantu peraga
yang digunakan. Latihan diperlukan, juga untuk menghilangkan demam panggung.
Semakin sering berlatih biasanya semakin meningkat rasa percaya diri.
Namun, latihan yang terlalu sering juga dapat menurunkan gairah penyaji dan/atau
menyebabkan kebosanan pada penyaji yang mengakibatkan sulitnya membangun
rapport dengan peserta seminar. Sebagai kesimpulan, setiap orang dapat menjadi
penyaji yang efektif selama mereka menyadari dan memahami arti seminar, memiliki
dan/atau mencoba memiliki karakter-karakter penyaji yang efektif, mampu
memilih/membuat alat bantu peraga yang sesuai dan rajin berlatih.

Tips Dalam Penyajian Seminar
Untuk membantu kelancaran seminar dan penyaji mampu menguasi “suasana
seminar” [“rapport”], perlu diperhatikan beberapa hal pada saat penyaji berbicara
dihadapan peserta seminar, yaitu :
(i) Kontak mata
(ii) Intonasi suara
(iii) Sikap penyaji
(iv) Penggunaan tata bahasa
(v) Penggunaan catatan
(vi) Lama penyajian
(vii) Entusiasme penyaji
(viii) Penampilan umum → membangkitkan rasa hormat

Materi Seminar
Materi seminar umumnya berupa (i) Ulasan [review], yang biasanya diminta untuk
sesi gabungan [plenary session] dan hasil-hasil penelitian primer. Penyusunan materi
Ulasan [Review], setelah Judul, Penulis, Institusi Pelaksana dan Pendahuluan [lihat
kronologi penyusunan materi hasil penelitian primer] pada umumnya, biasanya
bersifat bebas bergantung pada topik bahasan. Untuk materi hasil penelitian primer,
biasanya lebih baku dan tersusun sebagai berikut :

(i) Judul
(ii) Penulis
(iii) Institusi pelaksana
(iv) Pendahuluan
(v) Tujuan dan Hipotesis
(vi) Metodologi
(vii) Hasil dan Pembahasan
(viii) Kesimpulan dan Saran

Alat Bantu Peraga [Visual Aids]
Alat bantu peraga [ABP] memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan
suatu penyajian dan oleh karena itu diperlukan persiapan yang matang serta hati-hati
dalam pembuatan ABP. Alat bantu peraga dapat membantu mencapai hasil yang
diharapkan apabila :- Mampu menjelaskan ide yang terkandung dalam materi
bahasan- Mampu menekankan topik-topik yang ingin disampaikan- Meningkatkan
minat dan perhatian peserta seminar Alat bantu peraga yang tidak memenuhi kriteria
tersebut, mungkin hanya akan membuat peserta seminar mengalihkan perhatiannya
atau bahkan tertidur. Berbagai jenis ABP yang paling umum digunakan adalah slide
dan transparansi, karena dianggap paling murah, ketersediaan bahan mudah didapat,
pembuatannya sederhana dan praktis. Peralatan yang lebih canggih digunakan adalah
komputer dan perlengkapannya, dengan program yang khusus untuk tujuan penyajian,
misalnya MS Power Point. Namun, selain mahal, dan membutuhkan ketrampilan
dalam operasionalnya, tak semua institusi memiliki peralatan ini, sehingga menjadi
tidak praktis. Dalam pembuatan ABP sendiri perlu diperhatikan berbagai hal seperti
(a) besar-kecilnya huruf/angka yang digunakan, (b) tata letak kalimat/kata, (c) tabel
dan (d) grafik, (e) kombinasi warna [jika digunakan], dan juga (f) intensitas cahaya
dalam ruang seminar. Membuat slide dengan latar belakang gelap, huruf kecil dan
berwarna gelap [abu-abu, biru, coklat tua]; atau latar belakang terang dengan
kata/gambar berwarna kuning, coklat muda, hijau muda menyebabkan kata/kalimat
tidak terbaca. Pemilihan warna kontras antara latar belakang dengan informasi yang
akan disampaikan sangat membantu para peserta mampu membaca dengan jelas.
Yang sangat perlu diperhatikan dalam pembuatan ABP adalah agar isi ABP tersebut
dapat terbaca oleh para peserta seminar/pertemuan. Harus selalu diasumsikan bahwa
ABP tersebut disediakan bagi peserta yang duduk paling jauh dari layar proyeksi.
Penyebab kegagalan yang paling sering terjadi dalam penyajian ABP adalah (a)
terlalu banyaknya materi dalam satu ABP dan (b) adanya anggapan bahwa apa yang
bisa dibaca dalam bentuk cetakan [misal buku atau makalah], juga bisa dibaca dalam
bentuk slide/tranparansi. Artinya bahwa satu halaman makalah mudah dibaca, kemudian
ditransfer ke dalam bentuk transparansi [satu halaman penuh], yang akibatnya
peserta tak dapat membaca dengan jelas dan bahkan menjadi segan untuk
membacanya. Sebab jika yang disajikan adalah bentuk sedemikian, lebih mudah
diberikan fotokopi makalah tersebut kepada peserta dan peserta cukup menyimak dari
makalah tersebut.
Penyaji dan Peserta
Dalam seminar atau pertemuan, dapat diperkirakan bahwa penyaji telah memiliki
informasi yang akan disampaikan. Suasana yang ideal adalah apabila terjadi umpan
balik atau jaringan komunikasi yang melibatkan penyaji, informasi yang disampaikan,
dan peserta/pendengarnya. Oleh karena itu, selain beberapa hal yang telah disebut di
atas, dalam mempersiapkan ABP harus senantiasa diingat peserta yang hadir disana,
misalnya :
- Siapa peserta, pendengarnya
- Seberapa jauh mereka mengerti topik yang akan disajikan
- Mengapa mereka hadir/mau mendengarkan topik yang disajikan
- Bagaimana supaya mereka terlibat
- Apakah mereka setuju dengan materi dan kesimpulan yang disajikan, ataukah
penyaji harus lebih meyakinkan pendengarnya
- Sejauh mana peserta/pendengar dapat mengerti isi materi yang disajikan
Bila penyaji dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan tepat dan dapat
menyusun penyajian sebagaimana jawaban tersebut, maka penyaji telah berbuat
cukup banyak bagi peserta untuk menaruh perhatian pada penyajian tersebut.
Sistematika materi yang akan disajikan dapat disusun sebagai berikut. Mulai dengan
menjelaskan tujuan dan luas cakupan materi seminar. Hal ini dapat membantu
mengarahkan perhatian pendengar. Sajikan maksud/pokok utama dalam urutan yang
bertahap dan masuk akal [rasional/logis], kemudian ringkaskan seluruh penyajian
tersebut dalam satu kesimpulan. Kesimpulan harus memperkuat pesan yang
merupakan “oleh-oleh” bagi pendengarnya untuk dibawa pulang. Alat bantu peraga
dapat dipergunakan pada setiap tahapan ini untuk membantu penyaji melengkapi
tugasnya. Namun demikian, jika tidak cukup upaya untuk mempersiapkan setiap
ABP, maka alat peraga yang diharapkan membantu bahkan akan menjadi ABP yang
menghambat.

Merencanakan Pembuatan Alat Bantu Peraga
Setelah mengkaji materi yang akan disajikan, dengan dasar pertimbangan kebutuhan
peserta seminar, maka tahap berikutnya adalah merancang pembuatan ABP. Salah
satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan kartu indeks 10 x 15 cm
[kartu yang biasa digunakan untuk indeks publikasi di perpustakaan]. Kartu-kartu
tersebut kemudian diisi dengan materi yang akan disajikan, termasuk Tabel, Gambar
dan deskripsi informasi. Kartu tersebut dapat dianggap mewakili satu transparansi
atau slide. Evaluasi kartu-kartu tersebut berdasarkan kriteria di bawah ini :
a. Apakah ABP ini penting/esensial? Mampukah ABP ini membantu penyaji
mencapai tujuan penyajian?
b. Apakah terdapat arus informasi yang berangkai antara ABP satu dengan yang
berikutnya?
c. Apakah ABP ini dapat membantu pendengar menerima pesan penyaji?
d. Apakah ABP ini mengarahkan perhatian pada satu ide?
e. Apakah ABP ini masuk akal?
f. Apakah ABP ini bebas dari bahan yang mengalihkan perhatian?
g. Apakah cara ini merupakan cara yang paling efektif untuk menyampaikan
informasi? Misalnya, jika yang disajikan berupa Tabel, apakah tidak lebih jelas
bila disajikan dalam bentuk Gambar?
h. Apakah informasi dalam ABP bila diproyeksikan pada layar dapat terbaca dari
jarak yang paling jauh di ruangan tersebut?
i. Apakah ABP yang digunakan dapat teramu dengan baik dalam sikap berbicara/
verbal penyaji? Apakah keduanya saling memperkuat?
ABP manapun yang tidak memenuhi seluruh kriteria di atas harus dicabut/ diganti.
Perlu senantiasa diasumsikan bahwa penyaji akan menunjukkan ABP-nya bagi peserta
yang duduk di baris paling akhir dalam suatu ruang besar dan sangat terang, karena
tirai-tirainya transparan/tembus cahaya [untuk transparansi], atau dalam suatu ruang
yang besar dan relatif gelap karena lampu-lampu yang dipadamkan saat slide
disajikan. Selanjutnya, mungkin perlu diasumsikan bahwa lebar layar proyektor tidak
lebih dari 2 x 2 meter dan penyaji tidak memiliki akses terhadap cahaya lampu kecil,
untuk membaca catatan kecil, yang biasanya tersedia pada podium penyaji. Apabila
penyaji dapat mempersiapkan materi penyajian, dengan memperhitungkan seluruh
prasyarat dan kondisi seperti ini, maka dapat diharapkan pesan yang ingin
disampaikan dapat diterima secara efektif oleh pendengarnya.

Mempersiapkan Alat Bantu Peraga :
Slide dan Transparansi
Slide dan/atau Transparansi dapat membantu menggambarkan paling tidak empat hal,
yaitu :
a). Pernyataan-pernyataan, untuk memperkuat atau meringkas apa yang akan
dikatakan,
b). Rangkaian gambar, yang menyatakan bagaimana menceritakan suatu rangkaian
informasi,
c). Tabel atau Diagram, yang menyajikan data atau informasi terukur
d). Abstrak atau simbol-simbol untuk mengekspresikan ide atau kreasi
Kesalahan yang paling umum terjadi dalam pembuatan slide atau transparansi adalah
adanya asumsi bahwa “bila substansi cetakan dapat dibaca, maka iapun dapat dibaca
jika dituangkan dalam bentuk slide/transparansi”. Dalam banyak hal, asumsi ini
hampir selalu salah. Sebagai contoh, kita dapat membaca halaman cetak dari suatu
jurnal pada jarak 30 - 35 cm. Slide, dapat diproyeksikan pada layar selebar 2 m dan
dilihat dari jarak sejauh 20 m. Jika satu halaman tulisan dari jurnal diproyeksikan
pada layar dalam kondisi ini, kita seperti sedang membaca jurnal dari jarak 4 m. Oleh
karena itu, hal seperti ini sangat tidak dianjurkan, namun ternyata banyak yang tak
tahan “godaan” untuk menaruh seluruh informasi atau tabel, satu halaman penuh dari
jurnal/publikasi ke dalam satu slide/transparansi. Tak dapat disangkal, karena
kemudahannya, bahwa pola ini makin “populer” dilakukan oleh banyak penyaji
seminar; “memfotokopi” langsung makalah-nya kedalam transparansi, sehingga
peserta seminar diberi “sajian” halaman demi halaman penuh kata dan kalimat. Tak
ada yang menarik dalam penyajian seperti itu atau bahkan menimbulkan pengalihan
perhatian dari layar proyeksi ke hal-hal lainnya. Adalah hal yang kurang biasa terjadi
untuk mencetak huruf-huruf yang sangat besar pada slide. Yang sering terjadi justru
huruf/angka pada slide sering dicetak terlalu kecil. Kondisi yang ideal adalah bila
jarak pandang maksimum dari suatu slide adalah 8 x tinggi gambar yang
diproyeksikan [ingat bahwa kita harus senantiasa mempertimbangkan kondisi di
bawah optimum]. Jika kondisi ini diikuti, maka layar dengan tinggi 1,6 m seyogyanya
tidak dilihat pada jarak lebih dari 10 m. Jika pola ini diikuti, maka penyaji dapat
memperkirakan dengan mudah apakah substansi dalam slidenya bisa dibaca atau
tidak. Untuk pengujian sederhana, tempatkan slide yang telah dibuat, pada jarak 8 x
tinggi slide tersebut; misalkan tinggi jendela slide 2 cm, tempatkan pada jarak 16 cm
dari mata. Jika pada jarak tersebut substansinya terbaca, maka slide tersebut sudah
pasti terbaca pada jarak disebutkan di atas dengan tinggi layar 1,6 m. Pada kartu
indeks 10 x 15 cm, jarak bacanya adalah 60 - 80 cm. Jika pada jarak tersebut
substansinya dapat dibaca dengan jelas, maka isi slide tersebut pasti terbaca pada rasio
jarak yang sama apabila diproyeksikan pada layar. Font/tipe huruf elite dapat terbaca
dengan mudah pada jarak 12 meter bila ditulis 9 baris dengan jarak 2 spasi pada satu
slide. Tipe huruf pica dengan jumlah baris dan jarak spasi sama, dapat dibaca pada
jarak 15 m. Slide dapat dibuat dengan warna hitam-putih atau dengan berbagai
kombinasi warna. Sering, para penyaji menggunakan film slide hitam-putih, karena
murah, mudah dan cepat membuatnya. Ada 3 jenis film hitam-putih yang umum
digunakan, yaitu (i) negative film, (ii) direct reversal film, dan (iii) reversal processes
film. Slide dengan film negatif, sederhana persiapannya dan biasanya hanya sedikit
mengandung, jika ada, hal-hal yang detraktif. Kelemahan dari slide ini adalah sering
meletup bila dipasang pada “bingkai” cardboard. Letupan ini dapat dikurangi dengan
pemanasan awal pada slide dalam proyektor, atau menggunakan proyektor 'autofocus'.
Alternatif lain adalah dengan memasangnya pada bingkai plastik
[polyurethane].

Slide untuk Kalimat/Pernyataan.
Pernyataan atau kalimat dalam slide harus tepat dalam ruang kurang dari 7,5 x 10 cm.
Beberapa ketentuan untuk slide yang berisi pernyataan/kalimat termasuk :
1. Satu baris, hebat; 3 baris, bagus; 5 baris, cukup; 9 baris, maksimum
2. Buat pernyataan pendek dalam setiap baris, tak lebih dari 25 huruf, angka atau
spasi.
3. Usahakan setiap kalimat terletak di tengah, sehingga terlihat seimbang dengan
batas sisi yang cukup lebar
4. Usahakan dalam format horisontal/mendatar, jika memungkinkan
5. Gunakan huruf-huruf kapital/besar, kecuali untuk satuan, misal cm, ml atau
singkatan lainnya. Huruf-huruf kapital tidak mengambil lebih banyak ruang pada
slide, tetapi ukurannya 2 x lebih besar, dan oleh karena itu dapat dibaca dengan
kemungkinan 2 x lebih besar.
6. Huruf-huruf yang digunakan sebaiknya tidak kurang dari 0.6 cm tinggi dan dalam
satu baris tidak lebih panjang dari 16 cm. Usahakan rasio tinggi huruf dengan
panjang kalimat dalam satu baris tidak lebih dari 1 : 30.

Slide untuk Tabel
Ketentuan-ketentuan umum untuk pembuatan tabel dalam slide atau tarnsparansi
serupa dengan ketentuan-ketentuan untuk kalimat/pernyataan. Tabel yang di-tik harus
masuk dalam ruang contoh 7,5 x 10,0 cm [kartu indeks]. Upayakan untuk tidak
melebihi 9 baris [spasi ganda]. Judul yang kompleks dan catatan kaki, tidak perlu
disertakan dalam Tabel, karena penyaji akan menerangkan hal-hal dalam Tabel
tersebut secara verbal/oral. Judul untuk baris atau kolom harus singkat, jelas dan
langsung dapat menjelaskan sendiri yang dimaksud [“self explanatory”]. Angkaangka
yang disajikan sebaiknya tidak melebihi 2 dijit [atau beberapa diantaranya
paling banyak tiga]. Penggunaan desimal sering hanya menggunakan ruang, dan
kurang atau bahkan tak bermanfaat. Data yang disajikan dapat dimanipulasi dengan
perkalian atau pembagian yang layak, misal dengan angka 10 atau 100, untuk
menghilangkan desimal tersebut. Namun ekspresi satuan-satuan konvensional harus
digunakan jika memungkinkan. Dalam banyak contoh penyajian, alat baku [standar
error] atau penyimpangan baku [standard deviasi] juga tak perlu disertakan dalam
Tabel, kecuali memang hendak dijelaskan atau ditekankan, misalnya kurangnya
keragaman atau terlalu besarnya penyimpangan yang berpengaruh terhadap hasil yang
diperoleh. Beda nyata secara statistik, ditunjukkan cukup dengan huruf “superskrip”
atau dengan asterisk * [P<0.05]. Karena ketersediaan ruang cetak dalam tabel terbatas
[7,5 x 10 cm], maka satu Tabel hanya dapat memuat satu ide yang akan dijelaskan.

Mungkin diperlukan untuk mewakilkan suatu rangkaian tabel/gambar yang sejenis
kedalam satu tabel atau satu gambar saja untuk mencakup seluruh data. Pada transparansi,
hal ini dapat diatasi dengan membuat “overlay”. Dalam banyak contoh, hal
ini biasanya tidak diperlukan karena tujuan penyaji adalah untuk menyajikan
“highlight” dari data, bukan membuat peserta “terkesan” dengan banyaknya data.
Kemampuan penyaji untuk menentukan apa yang tidak akan disajikan merupakan hal
yang penting.

Slide untuk Grafik dan Diagram
Upayakan bahwa setiap grafik atau diagram mewakili hanya satu ide; dan buat setiap
grafik/diagram sesederhana mungkin. Perlu senantiasa diingat bahwa grafik/diagram
yang diproyeksikan kedalam slide/transparansi tak dapat dipelajari secara rinci
sebagaimana dalam bentuk makalah. Grafik lingkaran atau balok lebih mudah
diserap/dimengerti daripada grafik garis. Pembandingan-pembandingan berganda
dapat disajikan dalam suatu rangkaian grafik/diagram yang digambar dengan pola
yang sama, daripada memasukkan semua data dalam satu gambar yang komplikatif.
Banyak grafik atau diagram yang tampak baik dan memuaskan dalam makalah cetak
tetapi tampak buruk dalam slide atau transparansi. Grafik atau diagram untuk
penyajian harus dibuat dalam bentuk sangat sederhana. Ordinat dan absis sebaiknya
hanya memuat 4 - 5 titik jarak. Idealnya semua penamaan dibuat mendatar/horisontal.
Empat baris kurva mungkin dapat dibuat dalam satu slide, jika kurva tersebut tak
saling bersilangan atau saling melewati. Jika slide tersebut kompleks, penyajian lebih
dari satu atau dua kurva dalam satu skide dapat menjadi suatu kekacauan.

Slide untuk Gambar dan Gambar-Abstrak
Gambar, gambar-abstrak dan/atau gambar-kartun dapat membangkitkan/menarik
perhatian peserta, karena bentuk dan jenis gambarnya indah, jenaka atau bahkan
dibuat menyeramkan untuk memberi tekanan pada informasi-informasi tertentu.
Namun perlu kehati-hatian dalam pembuatan gambar abstrak atau gambar kartun;
buat dalam selera yang baik dan sesuai, tetapi tidak terlalu berlebihan, apalagi bila
banyak peserta dalam seminar tersebut yang mungkin mudah tersinggung, atau bila
gambar tersebut dibuat hanya untuk menarik perhatian tanpa pesan-pesan tertentu.
Juga perlu diperhatikan, kadang-kadang peserta akan menunggu gambarabstrak/
kartun berikutnya, tetapi tidak menaruh perhatian pada data/informasi yang

disajikan. Hal ini berarti bahwa pesan/informasi yang ingin disampaikan menjadi tak
tersampaikan justru karena kehadiran gambar-abstrak/kartun yang menjadi
“pengganggu”. Oleh karena itu, penyaji harus yakin bahwa gambar-abstrak atau
gambar-kartun benar-benar dapat menyumbang, atau sesuai, untuk penyajian tersebut.
Pada pembuatan suatu rangkaian gambar yang menceritakan bagaimana
merangkaikan suatu cerita, sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu suatu skenario
sebelum melakukan pemotretan slide. Slide, pada umumnya dibuat secara “close-up”
agar huruf/angka yang diinginkan dapat diproyeksikan sebesar mungkin. Gunakan
waktu untuk membuang atau menutupi obyek-obyek di latar belakang yang tidak
diperlukan atau yang dapat “mengganggu” pandangan peserta. Slide yang dibuat
biasanya berwarna, untuk dapat menunjukkan perbedaan-perbedaan secara jelas
[diwakili oleh warna-warna tertentu]. Pemilihan warna untuk mewakili berbagai data
dan gambar serta kontras dengan warna latar belakang dan pencahayaan sangat perlu
diperhatikan, atau bila tidak, data tersebut bahkan tak terbaca, karena terlalu gelap
atau terlalu terang. Pemilihan jenis film juga harus sesuai. Selain slide, transparansi
yang berwarna juga telah tersedia, dan dengan ketersediaan “scanner” serta printer
warna, hampir apapun yang dapat dilakukan oleh slide dapat dibuat pada transparansi.
Namun harga transparansi warna saat ini sangat mahal, sehingga menjadi tidak praktis
untuk dapat digunakan secara luas. Selain itu, printer warna yang resolusinya rendah
tidak membuat transparansi warna menjadi lebih indah, bahkan membuat hasilnya
tidak menarik untuk disimak.
****** ##### SELAMAT MENCOBA ##### *****

> SEMINAR

DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………………… 1
1.1. Pengertian Seminar ……………………………………………………. 1
1.2. Topik Seminar ……………………………………………………………. 1
1.3. Makalah Seminar ……………………………………………………….. 1
1.4. Koordinator Seminar …………………………………………………….. 1
1.5. Moderator Seminar ……………………………………………………… 2
1.6. Dosen Penilai/ Pembimbing Seminar ………………………………… 2
1.7. Peninjau Seminar ……………………………………………………….. 2
1.8. Peserta Seminar ………………………………………………………… 2
1.9. Penyaji Makalah Seminar ………………………………………………. 2
1.10. Daftar Hadir Peserta …………………………………………………….. 3
BAB II. TATA CARA SEMINAR
2.1. Persyaratan Peserta ……………………………………………………. 4
2.2. Pengajuan Makalah ……………………………………………………. 4
2.3. Pelaksanaan Seminar …………………………………………………… 5
2.4. Penilaian Seminar ……………………………………………………….. 7
BAB III. SISTEMATIKA PENULISAN
3.1. Lembar Judul …………………………………………………………….. 8
3.2. Lembar Persetujuan ……………………………………………………. 8
3.3. Pendahuluan …………………………………………………………….. 9
BAB IV TATA CARA PENGETIKAN
4.1. Macam dan Ukuran Kertas …………………………………………….. 20
4.2. Mengatur Kertas ………………………………………………………… 20
4.3. Mengatur Jarak Baris/Spasi …………………………………..………. 20
4.4. Indensi (Sela Ketukan) ………………………………………………… 21
4.5. Nomor Halaman ………………………………………………………… 21
4.6. Nomor Bab dan Sub Bab ………………………………………………. 21
4.7. Menuliskan Bilangan …………………………………………………… 22
4.8. Kutipan …………………………………………………………………… 23
4.9 Tabel dan Bahan Gambar ………………………………………………. 25
4.10 Penyajian Daftar Pustaka ……………………………………………… 28


BAB I
PENDAHULUAN


1.1. SEMINAR
Adalah suatu pertemuan ilmiah untuk membahas masalah tertentu atas mata kuliah keahlian yang dipilih oleh seorang mahasiswa dan diberi tanggapan oleh Dosen Penilai Seminar dengan melalui diskusi guna tercapainya suatu kesepakatan untuk dijadikan kesimpulan. Masalah yang dibahas dapat berupa studi kasus atau studi kepustakaan.

1.2. TOPIK SEMINAR
Topik seminar diambil dari salah satu mata kuliah dari kelompok Mata Kuliah Keahlian (MKK) sesuai kurikulum yang berlaku pada Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan baik Jurusan Manajemen maupun Jurusan Akuntansi.

1.3. MAKALAH SEMINAR
Makalah seminar adalah karya ilmiah melalui jalur penelitian yang dilakukan oleh peserta seminar Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan. Usulan makalah seminar ini selambat-lambatnya 2 (dua) minggu diserahkan kepada Ketua Jurusan sebelum seminar dilaksanakan.

1.4. KOORDINATOR SEMINAR
Koordinator seminar adalah Ketua dan atau Sekretaris Jurusan, yang merencanakan, mengatur, menentukan moderator, dosen penilai dan melaporkan kegiatan seminar secara keseluruhan sampai dengan selesai kepada Dekan Fakultas, koordinator seminar bertanggung jawab atas pelaksanaan seminar pada Jurusan Manajemen maupun Jurusan Akuntansi.


1.5. MODERATOR SEMINAR
Adalah dosen yang ditunjuk untuk memimpin serta mengarahkan sesuai topik seminar yang dilaksanakan dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan. Moderator seminar dapat berlainan sesuai dengan Mata Kuliah Keahlian (MKK) yang diseminarkan.

1.6. DOSEN PENILAI / PEMBIMBING SEMINAR
Adalah dosen yang telah ditetapkan sesuai Keputusan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan, dan diundang oleh Koordinator seminar untuk mengadakan penilaian pelaksanaan seminar, koreksi atas makalah seminar yang diajukan oleh peserta yang akan dipresentasikan dan sampai siap untuk dilanjutkan menjadi usulan makalah skripsi.

1.7. PENINJAU SEMINAR
Peninjau seminar adalah struktural Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan yang diundang ataupun tidak oleh koordinator seminar untuk mengadakan peninjauan terhadap pelaksanaan seminar.

1.8. PESERTA SEMINAR
Peserta seminar adalah mahasiswa yang telah memperoleh total kredit minimal 132 (Seratus Tiga Puluh Dua) SKS dari total SKS yang ditawarkan dan Indek Prestasi Komulatif (IPK) minimal 2,00 serta nilai D maksimum 2 (dua) Mata Kuliah berdasarkan kurikulum Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan dan telah melakukan Her-Registrasi pada semester berjalan serta telah melakukan pendaftaran serta memberikan persyaratan yang diperlukan ke Sekretaris Jurusan Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan.

1.9. PENYAJI MAKALAH SEMINAR
Penyaji makalah seminar adalah peserta seminar perorangan, yang dijadwalkan untuk menyajikan makalah seminar dengan topik yang tertuang dalam makalah yang telah diajukan dalam usulan seminar.

1.10. DAFTAR HADIR PESERTA SEMINAR
Peserta seminar harus hadir dari awal sampai dengan akhir seminar serta wajib menempuh kehadiran selama semester berjalan setara dengan 16 (enam belas) kali pertemuan dengan menyerahkan kartu hadir kepada koordinator seminar. dan atau moderator seminar.
Peserta seminar adalah perkelompok Mata Kuliah Keahlian (MKK) yang sama, dengan perincian kehadiran 16 (enam belas) kali hadir untuk Mata Kuliah Keahlian yang dipilih untuk diseminarkan, dan 2 (dua) kali hadir untuk setiap 4 (empat) Mata Kuliah Keahlian yang lainnya.

BAB II
TATA CARA SEMINAR


2.1. PERSYARATAN PESERTA
2.1.2. Persyaratan Administrasi
1. Terdaftar sebagai mahasiswa aktif Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan pada semester / tahun akademik yang bersangkutan (dibuktikan dengan kartu mahasiswa yang berlaku).
2. Telah menyelesaikan semua kewajiban keuangan sampai dengan semester/ tahun akademik yang bersangkutan (dibuktikan dengan bukti-bukti pembayaran).
2.1.2. Persyaratan Akademik
1. Telah memperoleh total kredit minimal 132 SKS dari total SKS yang ditawarkan kurikulum Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan.
2. Telah menempuh dan lulus mata kuliah yang telah menjadi prasyarat penyusunan makalah seminar dengan nilai minimal C.

2.2. PENGAJUAN MAKALAH
Untuk memberikan arah dan men-sistematisasi-kan prosedur pengajuan makalah seminar, maka perlu dijelaskan prosedur pengajuan makalah seminar dengan urutan sebagai berikut :
2.2.1. Mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan sebagai peserta seminar mengajukan judul seminar kepada koordinator seminar.
2.2.2. Peserta seminar mengajukan 2 (dua) judul alternatif topik seminar dari kelompok Mata Kuliah Keahlian (MKK) dengan menyebutkan identitas peserta seminar.
2.2.3. Pengajuan ditujukan kepada Ketua Jurusan Manajemen atau Akuntansi
2.2.4. Ketua Jurusan Manajamen atau Akuntansi akan meneliti persyaratan akademik maupun administrasi, dan menentukan topik makalah seminar yang layak dijadikan materi penulisan makalah seminar.
2.2.5. Setelah judul makalah seminar disetujui peserta seminar diperkenankan untuk menulis makalah seminar sesuai dengan pedoman penulisan yang dibahas pada Panduan Seminar ini. Makalah seminar yang telah selesai dibuat diserahkan kepada Ketua Jurusan Manajemen atau Akuntansi sebanyak 4 (empat) eksemplar, yang selanjutnya oleh Ketua Jurusan diserahkan makalah seminar tersebut diberikan kepada Dosen Penilai dan Moderator seminar, selanjutnya untuk dipresentasikan oleh mahasiswa sesuai dengan jadwal.
2.2.6. Makalah seminar harus telah diterima oleh Ketua Jurusan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum makalah tersebut diseminarkan.
2.2.7. Makalah seminar harus dijilid rapi dengan sampul berwarna kuning.

2.3. PELAKSANAAN SEMINAR
2.3.1. Komponen Seminar
Komponen seminar terdiri dari moderator, Dosen Penilai / Pembimbing Seminar, Peninjau Seminar, Penyaji Makalah Seminar dan Peserta Seminar.
2.3.2. Tata Tertib Pelaksanaan
1. Peserta seminar harus hadir 15 menit sebelum pelaksanaan seminar dimulai.
2. Peserta seminar harus berpakaian rapi :
Pria : Kemeja lengan panjang, berdasi, celana panjang warna hitam, sepatu formal dan menggunakan Jaket Almamater.
Wanita : Kemeja lengan panjang, rok, sepatu formal dan menggunakan Jaket Almamater.
3. Apabila dalam pelaksanaan seminar dalam waktu 30 menit dosen penilai tidak hadir, maka seminar dibatalkan dan akan ditentukan dikemudian hari oleh koordinator seminar.
4. Peserta seminar harus hadir 100% dengan perincian 16 kali hadir untuk Mata Kuliah Keahlian yang dipilih dan 2 kali masing-masing untuk Mata Kuliah Keahlian lainnya yang diseminarkan dari seluruh pelaksanaan seminar terjadwal sesuai dengan kelompok Mata Kuliah Keahlian (MKK) yang dipilih.
5. Seminar dilaksanakan berdasarkan kelompok Mata Kuliah Keahlian (MKK) yang dipilih oleh mahasiswa.
6. Apabila telah dinyatakan layak menurut dosen penilai / pembimbing seminar dan dinyatakan lulus, maka selanjutnya penyaji diperkenankan untuk melanjutkan menjadi skripsi.
2.3.3. Tata Cara Penyajian Seminar
1. Penyaji seminar menyajikan / memberikan penjelasan makalahnya selama maksimum 20 menit.
2. Penyaji makalah seminar secara singkat dengan materinya sebagai berikut :
a. Judul seminar
b. Latar Belakang Penelitian
c. Identifikasi Masalah
d. Kerangka Pemikiran, Paradigma dan Hipotesis
e. Metode Penelitian Secara Lengkap
3. Media dan sarana Penyajian.
a. Overhead Projector (OHP)
b. White Board
c. Slide / Kertas Transparan
d. Sound system (Pendukung Sarana Komunikasi)


2.4. PENILAIAN SEMINAR
2.4.1. Penilaian seminar adalah kegiatan evaluasi terhadap kemampuan peserta seminar mengenai materi seminar yang dipresentasikan dengan komponen penilaian yang telah ditentukan.
2.4.2. Aspek yang dinilai sebagai penyaji makalah seminar, meliputi :
Penilaian Khusus :
- Judul
- Bab I Pendahuluan
- Bab II Kerangka Pemikiran, Paradigma dan Hipotesis
- Bab III Metode Penelitian
- Relevansi Studi Kepustakaan
- Sistematika Penulisan
Penilaian Umum :
- Sikap Dan Sopan Santun
- Kemampuan Presentasi
- Kemampuan Menanggapi Pertanyaan
2.4.3. Ketentuan Penilaian
1. Penyaji makalah seminar yang belum layak disajikan menurut dosen penilai tidak akan diberikan nilai, dan penyajian makalah seminar tersebut harus diulang kembali dengan jadwal yang akan ditetapkan kemudian oleh Ketua Jurusan.
2. Apabila makalah yang diseminarkan menurut dosen penilai mengalami perbaikan, maka nilai akan diberikan setelah makalah seminar tersebut diperbaiki dan dinyatakan benar oleh dosen penilai.
3. Penilaian diberikan kepada semua unsur penilaian yang dinyatakan dalam angka absolut. Selanjutnya dikalikan dengan bobotnya, sesuai pedoman penilaian yang diatur dalam Keputusan Dekan FEUP No 056/SK/D/FE-UP/XII/1997 tgl 12 Desember 1997, tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyempurnaan Kurikulum Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan tahun 1986.
BAB III
SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan makalah seminar (outline) terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut :

3.1 LEMBAR JUDUL
Lembar ini memuat : Lambang Universitas Pakuan; Judul; Makalah Seminar, Nama Mahasiswa; Nomor Pokok Mahasiswa; Jurusan/Program Studi yang dituju dan Periode Seminar (lihat lampiran I).
1. Lambang Universitas Pakuan berbentuk segi 5 (lima) sesuai ukuran standar Universitas Pakuan.
2. Judul dibuat sesingkat-singkatnya yang mencakup 2 (dua) variabel atau lebih yang mempunyai keterkaitan / ketergantungan satu dengan yang lainnya sehingga dapat menggambarkan identitas dari seluruh proposal makalah seminar. Dengan identitas tersebut, judul dapat mencerminkan tema pokok dari penelitian yang akan dilakukan.
3. Maksud proposal makalah seminar ini ialah untuk menyusun makalah seminar S1 pada Jurusan Manajemen maupun Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan.
4. Nama mahasiswa ditulis dengan lengkap dan tidak boleh disingkat.
5. Ditujukan kepada Ketua Jurusan Manajemen atau Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan.
6. Periode pengajuan ditulis dengan bulan dan tahun.

3.2 LEMBAR PERSETUJUAN
Lembar ini berisikan persetujuan Ketua Jurusan disertai dengan tanda tangan dan tanggal persetujuan (lihat lampiran).



3.3 PENDAHULUAN
Pendahuluan berfungsi sebagai pengantar informatif tentang keseluruhan secara sistematis dan terarah dalam kerangka urutan logika yang memberikan upaya pembenaran terhadap motivasi landasan pemikiran, pendekatan, metode analisa, interpretasi untuk sampai kepada tujuan dan kegunaan penelitian, dan terdiri dari sebagai berikut :
3.3.1 Kerangka Makalah Seminar
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian (Tema Sentral Penelitian)
1.2. Perumusan dan Identifikasi Masalah
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
1.3.2. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN, PARADIGMA DAN HIPOTESIS
2.1. Kerangka Pemikiran dan Paradigma
2.2. Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
3.2. Operasionalisasi Variabel Termasuk dengan Pengukurannya.
3.3. Metode Penarikan Sampel
3.4. Prosedur Pengumpulan Data
3.5. Metode Analisis
JADWAL PENELITIAN (RESEARCH SCHEDULE)
DAFTAR PUSTAKA



3.3.2 Latar Belakang Penelitian
Latar belakang penelitian mencerminkan dinamika proses pemikiran mengapa fenomena (gejala alam, gejala sosial) terjadi. Peneliti harus merasa yakin bahwa fenomena yang dijumpai benar-benar mempunyai masalah yang masih aktual dan relevan dengan masa kini untuk mendapatkan konfirmasi adalah melalui kepustakaan atau literatur dalam berbagai bentuk sumber informasi.
- Sejauhmana latar belakang fenomena masalah telah dikupas dengan baik dengan menyajikan informasi atau data yang akurat mengenai fakta dilapangan/objek (sebutkan sumbernya).
- Sejauhmana latar belakang Teoritikal masalah telah dikupas dan berhasil diintegrasikan dengan latar belakang fenomena masalah. (sebutkan sumbernya)
- Sejauhmana perumusan masalah (Problem Statement) telah dirumuskan dengan baik.
- Sejauhmana rumusan masalah berkaitan dengan aspek teoritikal.(Hubungan antara variabel yang didukung oleh pakar atau teori yang bersangkutan).
- Sejauhmana bisa membedakan penelitian yang bersifat kualitatif dan bersifat kuantitatif, adapun ciri yang membedakan adalah sebagai berikut :
KUALITATIF
KUANTITATIF
Frase-Frase Yang Berkaitan Dengan Pendekatan
Frase-Frase Yang Berkaitan Dengan Pendekatan
- Etnografis
- Kerja Lapangan
- Interaksi Simbolik
- Naturalistik
- Etnometodologis
- Observasi
- Fenomenologis
- Studi Kasus
- Eksperimen
- Persfektif luar
- Empiris
- Positifis
- Statistik
Konsep Kunci Berkaitan Dengan Pendekatan
Konsep Kunci Berkaitan Dengan Pendekatan
- Makna
- Menggolongkan
- Definisi Situasi
- Kehidupan Sehari-hari
- Pemahaman
- Proses

- Variabel
- Mengoperasionalkan
- Reliabilitas
- Hipotesa
- Validitas
- Replikasi
Afilisasi Akademis
Afilisasi Akademis
- Sosiologi
- Historis
- Antropologis
- Psikologis
- Ilmu Ekonomi
- Sosiologi
- Ilmu Politik
Menulis Proposal Penelitian
Menulis Proposal Penelitian
- Singkat
- Spekulatif
- Menunjukan fokus yang relevan untuk diteliti
- Sering ditulis setelah ada data terkumpul
- Hipotesis disarankan ada dan tidak untuk diuji
- Panjang lebar
- Fokus rincian dan spesifik
- Melalui tinjuan pustaka yang substansif
- Prioritas penulisan pada pengumpulan data
- Hipotesis dinyatakan dan diuji
Data
Data
- Deskriftif
- Dokumen Pribadi
- Cadangan
- Kata-kata orang sendiri
- Dokumen resmi dan artifak
- Foto
- Kuantitatif
- Koding yang dapat di kuantifikasi
- Variabel operasional
- Statistik
- Bilangan ukuran
Sampel
Sampel
- Kecil
- Nonrepresentatif
- Sampling
- Besar
- Berstrata
- Kelompok
- Dipilih secara random
- Kontrol untuk variabel luar
- Tepat/ cermat (pricise)
Teknik atau Metode
Teknik atau Metode
- Observasi tinjauan berbagai dokumen dan artifak
- Wawancara terbuka (open ended interview)
- Eksperimen
- Penelitian survei wawancara tersruktur
- Kuasi ekperimen
- Observasi terstruktur
- Himpunan data
Analisis Data
Analisis Data
- Berkelanjutan
- Model, tema, konsep
- Induktif
- Metode komparatif
- Konstan
- Deduktif
- Dikerjakan selesai pengumpulan data
- Statistika

Masalah Dalam Penggunaan
Pendekatan Penelitian
Masalah Dalam Penggunaan
Pendekatan Penelitian
- Memakan waktu
- Sulit mereduksi data
- Prosedur tidak baku
- Sulit menstudi populasi besar
- Mencari Makna
- Berawal Fakta
- Melakukan Observasi, mencatat semua fakta secara holistik dan bersifat alamiah.
- Memahami/ interpretasi fakta : membuat deskripsi fenomena yang diamati.
- Perumusan generalisasi bersifat teoritik.
a. Proposisi
b. Konsep
c. Teori
- Mengontrol variabel lain
- Reifikasi (Reification)
- Sulit memaksa
- Validasi
- Membuktikan / Menguji Hipotesis
- Berawal masalah
- Rasionalisasi : semua masalah harus bermuara pada hipotesis, definisi operasonal sampel, dsb.
- Pengukuran : mengembangkan meto-de pengumpulan dan implementasi
- Generalisasi empirik hasil penelitian (mengacu ke populasi)
- Sejauhmana bisa membedakan penelitian Deskriptif yang menggunakan Survai dan Studi Kasus, serta bisa membedakan penelitian Eksplanasi Format Survai dan Format Eksperimen.
Segi-Segi Permasalahan dan Metodologi Penelitian yang Perlu Dinyatakan dan Dijelaskan dalam Usulan Rancangan Penelitian Deskriptif / Format Survai
Segi-segi permasalahan yang perlu dinyatakan dan dijelaskan
Segi-segi Metodologi Penelitian yang perlu dinyatakan dan dijelaskan
1. Latar belakang masalah penelitian (terma-suk didalamnya penerapan hasil studi kepustakaan dan hasil penelitian yang relevan)
2. Rumusan masalah penelitian
3. Tujuan Penelitian
4. Batasan konsep/istilah
5. Signifikansi masalah (pentingnya pene-litian)
1. Populasi dan sampel penelitian (ter-masuk di dalamnya teknik pengam-bilan sampel yang digunakan)
2. Metode dan instrumen pengumpulan data
3. Metode pengolahan dan analisis data
Segi-Segi Permasalahan dan Metodologi Penelitian yang Perlu Dinyatakan dan Dijelaskan dalam Usulan Rancangan Penelitian Deskriptif / Format Studi Kasus
Segi-segi permasalahan yang perlu dinyatakan dan dijelaskan
Segi-segi Metodologi Penelitian yang perlu dinyatakan dan dijelaskan
1. Latar belakang masalah penelitian (terma-suk didalamnya penerapan hasil studi kepustakaan dan hasil penelitian yang relevan)
2. Rumusan masalah penelitian
3. Tujuan penelitian
4. Batasan konsep/istilah
5. Signifikansi masalah (pentingnya pene-litian)
1. Subyek penelitian
2. Sumber dan metode pengumpulan data
3. Metode analisis dan pelaporan hasil penelitian
Segi-segi Permasalahan dan Metodologi Penelitian yang Perlu Dinyatakan dan Dijelaskan dalam Usulan Rancangan Penelitian Eksplanasi / Format Survai
Segi-segi permasalahan yang perlu dinyatakan dan dijelaskan
Segi-segi Metodologi Penelitian yang perlu dinyatakan dan dijelaskan
1. Latar belakang masalah penelitian
2. Rumusan masalah penelitian
3. Tujuan Penelitian
4. Hipotesis penelitian
5. Asumsi dan keterbatasan penelitian
6. Batasan konsep / variabel / istilah
7. Signifikansi masalah (pentingnya pene-litian)
1. Populasi dan sampel penelitian
2. Metode dan instrumen pengumpulan data
3. Metode pengolahan dan analisis data

Segi-segi Permasalahan dan Metodologi Penelitian yang Perlu Dinyatakan dan Dijelaskan dalam Usulan Rancangan Penelitian Eksplanasi / Format Eksperimen
Segi-segi permasalahan yang perlu dinyatakan dan dijelaskan
Segi-segi Metodologi Penelitian yang perlu dinyatakan dan dijelaskan
1. Latar belakang masalah penelitian
2. Rumusan masalah penelitian
3. Tujuan Penelitian
4. Hipotesis penelitian
5. Asumsi dan keterbatasan penelitian
6. Batasan konsep / variabel / istilah
7. Signifikansi masalah (pentingnya pene-litian)
1. Rancangan Eksperimen yang digunakan
2. Instrumen pengukuran (Tes atau Ob-servasi) yang digunakan
3. Metode pengolahan dan analisis data

- Sejauhmana kelayakan masalah baik dari aspek ruang lingkup dan teoritikal dapat dijadikan suatu dasar penelitian lanjutan yang dijadikan skripsi.
- Pada latar belakang penelitian harus mengupas atau membahas semua variabel misalnya (Dependent, Independent, Intervening dan Moderator) yang akan dijadikan judul seminar.
- Pada latar belakang pengungkapan dimulai dari Deduktif Thinking (seharusnya / teori) ke Induktif Thinking (Kenyataan).
3.3.3 Identifikasi Masalah
- Sejauhmana identifikasi masalah (Research Questions) telah dirumuskan sesuai dengan relevansi masalah/ memilih masalah yang lebih penting.
- Sejauhmana implikasi dan identifikasi masalah terhadap kebutuhan kerangka pemikiran teoritikal (Model)
- Sejauhmana identifikasi masalah menempuh fokus dan perumusan masalah (Problem Statement) / mempertegas masalah yang telah dirumuskan.
Contoh : Penelitian Yang Sederhana Untuk Jurusan Manajemen :
Judul : Pengaruh Kompensasi Jabatan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan

Identifikasi Masalah :
1. Seberapa besar pengaruh pelaksanaan sistem kompensasi jabatan yang diberikan oleh Perusahaan terhadap produktivitas.
2. Apakah apa perbedaan pengaruh kompensasi financial dengan kompensasi non financial terhadap produktivitas kerja pada Perusahaan.
3. Apakah ada hubungan antara kompensasi jabatan dengan produktivitas kerja pada Perusahaan.

Contoh : Penelitian Yang Sederhana Untuk Jurusan Akuntansi
Judul : Peranan Pelaksanaan Internal Audit Terhadap Efisiensi dan Efektivitas Operasi Perusahaan.
Identifikasi Masalah :
1. Bagaimana pelaksanaan internal audit yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Bagaimanakah efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam mendukung pelaksanaan operasi perusahaan.
3. Seberapa besar peranan internal audit yang dilakukan terhadap efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan.
3.3.4 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dan tujuan penelitian diselaraskan dalam perumusannya, sesungguhnya hal ini merupakan gambaran operasionalisasi variabel. Oleh karena itu urutannya harus konsisten dengan urutan identifikasi masalah, sedang perumusannya berupa kalimat deklaratif / tidak berupa kalimat tanya dengan berorientasi kepada perumusan identifikasi masalah. Atau dengan kata lain suatu pernyataan tentang sesuatu yang akan dicari jawabannya atau menentukan aspek-aspek yang ingin dijawab melalui penelitian (menjawab pertanyaan yang ada pada identifikasi masalah). Dapat diikuti pedoman perumusannya sebagai berikut :
1. Mempelajari faktor-faktor apa yang terlibat dalam fenomena.
2. Mempelajari karakteristik faktor-faktor dalam pengaruhnya terhadap fenomena.
3. Sejauhmana terdapat pengaruh gabungan faktor-faktor tertentu terhadap fenomena.
3.3.5 Kegunaan Penelitian
Merupakan pentajaman spesifikasi sumbangan peneliti terhadap nilai manfaat praktis juga sumbangan ilmiahnya bagi perkembangan ilmu atau singkatnya kegunaan penelitian terdiri dari :
- Kegunaan Praktis (Sumbangan untuk memecahkan masalah praktis).
- Kegunaan Akademis (Sumbangan untuk pengembangan ilmu)
3.3.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Setelah masalah yang dihadapi dikonfirmasi, aktualitas dan relevansinya dari kepustakaan kemudian dirumuskan tema sentral masalahnya, maka kita kembali menentukan kepustakaan untuk mengungkap hal-hal yang esensial untuk argumentasi hubungan dasar teoritis dalam rangka pendekatan masalah yang dihadapi.
Bahwa ilmu pengetahun merupakan lanjutan dari akumulasi karya ilmiah para pakar terdahulu, teori demi teori diuji kebenaran ilmiahnya sehingga ada yang berguguran dan silih berganti dan diuji oleh yang baru namun ada pula yang berjalan terus dan menjadi hukum.
Menyusun kerangka pemikiran itu hanya menggunakan teori-teori yang paling relevan dan masih berlaku. Adapun pilihan teori tersebut dipandu oleh kata-kata kunci, yaitu faktor-faktor yang terlibat.
Kerangka pemikiran merupakan rangkuman ringkas mengenai faktor-faktor yang terlibat karakteristik masing-masing dan sifat pengaruhnya terhadap masalah, juga meliputi bagaimana hubungan faktor yang satu dengan yang lainnya dalam pengaruh gabungannya terhadap masalah.
- Sejauhmana kerangka pemikiran yang disusun relevan dengan identifikasi masalah.
- Sejauhmana dari kerangka pemikiran itu dihasilkan suatu model (model verbal, grafis, matematis, ekonometrik)
- Sejauhmana keseuaian antara model yang dibangun dengan kerangka pemikiran dan masalah yang dibahas.
- Apakah model yang dibangun telah memenuhi persyaratan sebagai model atau teoritical plausibility, explanatory ability, accuracy, forecasting ability, simplicity.
- Apakah kegunaan model yang dibangun sudah diungkapkan dengan jelas.
- Pengungkapan kerangka dimulai dari Induktif Thinking (Kenyataan) kepada Deduktif Thinking (Seharusnya / Teori).
- Pada kerangka pemikiran mengupas atau membahas semua variabel dari variabel Independent ke variabel Dependent yang akan dijadikan judul seminar.
Setelah Kerangka Pemikiran selesai dibuat maka dapat dibuatkan paradigma penelitian untuk memudahkan alur penelitian yang akan dilakukan.
Setelah itu baru dibuat hipotesis atau anggapan sementara dari penulis tentang judul penelitian. Apakah rumusan hipotesis mengacu pada model dan kerangka pemikiran secara spesifik., apakah asumsi-asumsi judul diungkap dengan jelas, sejauhmana hipotesis-hipotesis tersebut dapat diuji secara empiris atau apakah variabel-variabel dalam hipotesis tersebut mungkin untuk dioperasionalisasikan.
1. Hipotesis berupa perumusan eksplisit dan sederhana yang bersifat deklaratif (menyatakan) tentang apa yang diantisipasinya sebagai jawaban tentatif (sementara) terhadap masalah yang digarap.
2. Hipotesis merupakan upaya sumbangan teori baru kepada pengembangan ilmu yang harus diuji lebih lanjut melalui penelitian. Disamping itu memberi identitas kepada peneliti dalam spesifikasi tingkat orisinilitas penelitiannya yang membedakan dari penelitian terdahulu.
3. Merumuskan hipotesis sebaiknya efektif dan efisien diantaranya adalah eksplisit, konkrit, sederhana, deklaratif dan prediktif (meramalkan) atau antisipatif (menduga kejadian).

Contoh : Penelitian Yang Sederhana Untuk Jurusan Manajemen :
Judul : Pengaruh Kompensasi Jabatan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan

Hipotesis :
1. Pemberian kompensasi jabatan berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan (catatan : gambaran tersebut didukung oleh data dari fakta yang ada dalam kerangka pemikiran).
2. Pengaruh pemberian kompensasi jabatan secara financial dan non financial mempunyai perbedaan yang siginifikan terhadap produktivitas kerja. (catatan : gambaran tersebut didukung oleh data dari fakta yang ada dalam kerangka pemikiran).
3. Terdapat hubungan yang siginifikan antara pemberian kompesasi jabatan dengan produktivitas kerja.
Contoh : Penelitian Yang Sederhana Untuk Jurusan Akuntansi:
Judul : Peranan Pelaksanaan Internal Audit Terhadap Efisiensi dan Efektivitas Operasi Perusahaan.
Hipotesis :
1. Pelaksanaan Internal audit yang dilakukan sudah sesuai dengan standar akuntansi (catatan : gambaran tersebut didukung oleh data dari fakta yang ada dalam kerangka pemikiran).
2. Perusahaan sudah menjalankan operasional perusahaannya dengan efesien tetapi belum efektif (catatan : gambaran tersebut didukung oleh data dari fakta yang ada dalam kerangka pemikiran).
3. Terdapat peranan yang besar didalam pelaksanaan internal audit terhadap efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan.
3.3.7 Metode Penelitian
Metode penelitian sifatnya sangat teknis mengenai segala sesuatu yang terlibat dalam persiapan agar pelaksanaan operasional penelitian berlangsung lancar dan apa yang diharapkan didukung oleh data empiris yang terungkap.
Setiap istilah faktor, kriteria, tolak ukur dijelaskan secara spesifik dan terinci. Ada kalanya diperlukan penerapan definisi operasional secara khusus tentang kriteria tertentu, sebagai asumsi titik tolak yang melandasi dukungan fungsional terhadap sub kriteria dan kriteria lainnya.
Di samping itu harus konsisten sesuai dengan tema sentral masalah, identifikasi masalah, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, paradigma penelitian beserta hipotesisnya.
Berdasarkan acuan-acuan mulai identifikasi masalah sampai dengan hipotesis, maka sudah tergambar judul dan semua variabel yang terlibat. Cara mengekspolarasi masing-masing pengaruhnya, baik sebagai efek tunggal maupun efek gabungannya, selain itu juga mengenal pengaruh diantara variabel independent (yang mempengaruhi) dengan variabel dependent (yang dipengaruhi) dengan demikian judul tergambar pula apa sub variabel dari masing-masing variabel yang bersangkutan dengan dukungan data sekunder dapat diketahui pula populasi objek penelitiannya. Adapun susunannya terdiri dari :
1. Desain Penelitian
Serangkaian pilihan pengambilan keputusan yang rasional mencakup:
- Tujuan Studi (Descriftive, Exploratory, Hypotesis Testing, Case Study)
- Type Penyelidikan (Causal Relationship, Correlational)
- Unit Analisis ( Perusahaan / Organisasi, Individu / Karyawan/ pelanggan, Dyads mis : perusahaan dan pelanggan, Group )
2. Operasionalisasi Variabel
- Penunjukan nilai / angka pada suatu variabel
- Mengungkapkan konsep dengan realita (sebagai dasar pembuatan kuisioner)
- Contoh : Terlampir
3. Metode Penarikan Sampel
Metode yang akan digunakan dalam pengambilan sampel yang dipilih dari populasi yang bersifat homogen maupun heterogen.
4. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan untuk melengkapi penyusunan proposal melalui beberapa jenis prosedur pengunpulan data.
Misal :
- Kuesioner (open ended questions, closed ended questions atau kombinasi open ended questions dengan closed ended questions)
- Wawancara : Proses interaksi dan komunikasi untuk memperoleh data.
- Observasi : pengamatan
5. Metode Analisis
Suatu proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan di interprestasikan (rumus-rumus statistika yang akan digunakan dalam penelitian).
Misal :
- Analisis Deskripsi
- Tabel frekwensi dan persentase
- Tabel Distribusi persentase
- Diskripsi data grafik
- Diskripsi data bersambung
- Kecenderungan sentral dan rata-rata (Modus, Median)
- Rancangan Uji Hipotesis.


BAB IV
TATA CARA PENGETIKAN

4.1. MACAM DAN UKURAN KERTAS
Macam kertas yang diangap memenuhi syarat / standar untuk pengetikan makalah adalah kertas HVS dengan berat 80 gram/m2, ukuran 210 x 290 mm (A4). Pemakaian kertas diluar standar diperlukan dalam hal-hal tertentu seperti penyisipan kertas grafik, kertas gambar, lampiran surat keterangan asli, lembaran-lembaran kuisioner dan semacamnya.

4.2. MENGATUR KERTAS
Tidak semua kertas ketik berisi ketikan. Ada “ruang ketikan” dan ada “ruang tepi” yang diberikan kosong (hanya untuk memuat nomor halaman). Ruang ketikan kira-kira 14,5 x 22 cm.
Lebar ruang tepi diatur sebagai berikut : Ruang tepi kiri lebar 4 cm dari tepi sebelah kiri : Ruang tepi kanan lebar 3 cm dari tepi sebeleah kanan.
Ruang tepi atas lebar 3 cm dari tepi sebelah atas dan Ruang tepi bawah lebar 3 cm dari tepi sebelah bawah.

4.3. MENGATUR JARAK BARIS / SPASI
Dalam pengetikan makalah seminar, spasi pada umumnya lebih sering digunakan adalah “spasi dobel” (double spaced typing). Pengetikan spasi (single spaced typing) terbatas pada beberapa penggunaan saja misalnya dalam mengetik kutipan langsung panjang, daftar pustaka. Pengetikan tiga spasi (triple spaced typing) jarang juga penggunaanya, misalnya antara nomor bab dengan judul bab, antara judul bab dengan baris pertama dari bab itu, dan antara sub bab dengan baris diatasnya dan bawahnya.
Jumlah baris tiap halaman dengan pengetikan spasi ganda, sebaiknya tidak melebihi 26 baris.


4.4. INDENSI (SELA KETUKAN)
Tidak semua uraian (teks) diulai dari batas tepi kiri ruang ketikan. Untuk beberapa hal tertentu dimulai agak menjorok kedalam, seperti misalnya baris pertama dari suatu alinea tertentu, kutipan langsung panjang.
Lebar jorokan ke dalam (indensi) dihitung dengan ketukan huruf yaitu 5 (lima) huruf.

4.5. NOMOR HALAMAN
Jenis angka dan peletakan nomor halaman untuk pengetikan makalah seminar adalah sebagai berikut :
4.5.1. Untuk bagian awal (Premilinary Section) nomor halamannya menggunakan angka romawi kecil dan ditempatkan ditengah halaman bagian bawah (I, ii, iii, iv, v ….. dan seterusnya).
4.5.2. Untuk bagian tengah (body) dan bagian akhir (Reference Section) nomor halamannya menggunakan angka arab dan ditempatkan ditepi sebelah kanan atas (1, 2, 3 ………dan seterusnya).
Catatan : Halaman judul Makalah Seminar, nomor halaman tidak dicantumkan tetapi tetap diperhitungkan, dan setiap halaman judul bab baru nomor halaman ditempatkan di tengah halaman bagian bawah.

4.6. NOMOR BAB DAN SUB BABNYA
Makalah seminar sebagai suatu keseluruhan akan terdiri dari bab-bab. Suatu bab akan terbagi dalam bagian-bagian kecil yang masing-masing merupakan satu kebulatan uraian dimana kelompok-kelompok uraian tersebut masih merupakan satu kebulatan pikiran yang utuh.
Untuk memberikan kemudahan, bab dan bagian-bagiannya beserta pemberian nomornya, ditawarkan cara sebagai berikut :



Bab dan bagian-bagian penomoran :
Bab I
II
dst
sub bab 1.1.
1.2.
dst
Seksi 1.1.1.
1.1.2.
dst
sub seksi 1.1.1.1.
1.1.1.2.
dst
dan seterusnya

4.7. MENULISKAN BILANGAN
Tata tulis bilangan merupakan aturan yang rumit, untuk keperluan ini mahasiswa penyusun makalah seminar harus sering berkonsultasi dengan Ketua atau Sekretaris Jurusan. Beberapa pedoman penulisan bilangan misalnya :
4.7.1. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan seperti dalam perincian dan pemaparan.
4.7.2. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika perlu satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
4.7.3. Angka yang menunjukan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca (misalnya Rp 5 Juta).
4.7.4. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks, kecuali didalam dokumen resmi seperti akte dan kuitansi.

4.8. KUTIPAN
Mengutip tulisan dari pengarang lain, dalam penulisan makalah seminar, dapat dibenarkan (tidak dilarang). Walaupun demikian, ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam menyisipkan kutipan :
- Hindari kutipan (kutipan langsung) yang terlalu banyak.
- Pengutipan seperti sumber aslinya (kutipan langsung) dilakukan apabila dirasa sangat perlu yaitu jika dengan kata-kata pengutip sendiri dikhawatirkan akan mengurangi arti / makna dari bahan yang dikutip.
- Pengutipan yang terlalu banyak dikhawatirkan akan mengganggu kelancaran uraian daam teks.
4.8.1. MACAM KUTIPAN
4.8.1.1. Kutipan Langsung
Kutipan yang dilakukan persis seperti sumber aslinya. Dibedakan kutipan langsung pendek dan kutipan langsung panjang. Kutipan langsung pendek adalah kutipan-kutipan langsung yang panjangnya tidak melebihi tiga baris ketikan. Sedang apabila melebihi tiga baris ketikan diklasifikasikan sebagai kutipan langsung panjang. Kutipan langsung pendek langsung dijalin dalam teks dengan memberikan tanda petik diantra bahan yang dikutip. Sedang kutipan langsung panjang harus diberi tempat tersendiri dalam alinea yang berdiri sendiri.
Diketik dengan jarak abris 1 (satu) spasi, dengan indensi tujuh ketikan huruf untuk baris pertama dan empat ketukan untuk baris berikutnya, dan tanda petik tidak perlu digunakan.
4.8.1.2. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan yang tidak persis sama seperti bahan aslinya. Kutipan ini merupakan petikan pokok-pokok pikiran atau ringkasan kesimpulan yang disusun menurut jalan pikiran dan dinyatakan dalam bahasa pengutip sendiri. Dibedakan menjadi kutipan tidak langsung pendek dan kutipan tidak langsung panjang. Batasannya adalah alinea. Bila satu alinea atau kurang diklasifikasikan sebagai kutipan tidak langsung pendek, sedang bila melebihi satu alinea diklasifikasikan sebagai kutipan tidak langsung panjang. Kutipan ini tidak dituliskan diantara tanda petik, dan diketik dengan jarak 2 (dua) spasi seperti uraian dalam teks.
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam membuat kutipan adalah:
- Dalam kutipan tidak langsung sebaiknya jangan memasukan pendapat sendiri. Satu alinea sepenuhnya disediakan untuk kutipan tidak langsung.
- Tiap-tiap kutipan diberi nomor dengan angka Arab pada akhir bahan yang dikutip gunanya untuk keperluan penyebutan sumber bahan yang dikutip. Nomor kutipan ini niasanya berurutan sampai akhir bab.
- Seorang pengutip bertanggung jawab penuh akan ketetapan dan ketelitian kutipannya, terutama dalam kutipan tidak langsung, unsur ketepatan harus dijamin dari kepemahaman pengutip terhadap pokok-pokok pikiran dalam bahan yang dikutip.
- Apabila bahan yang dikutip disajikan sebagai bahan yang diperbandingkan dengan bahan yang lain, maka harus ada kesimpulan dari perbandingan itu. Pendirian dari pengutip akan dilihat dari kesimpulan perbandingannya.
4.8.2. TEKNIK PENULISAN KUTIPAN
Sumber kutipan ditempatkan langsung dibelakang teks yang memuat kutipan, dituliskan diantara tanda kurung. Adapun contoh penulisan kutipan adalah :
………………………………..(Best ; 1982 ; hal 38)
maksudnya adalah bahwa bahan yang dikutip tersebut bersumber dari daftar pustaka dikutip dari halaman 38.
Bukunya didalam daftar pustaka
Best, John W. Research In Education. New Delhi : Prentice Hall of India Private Limited, 1982.
4.9. TABEL DAN BAHAN GAMBAR
4.9.1. Penyajian Tabel
Tabel adalah salah saru bentuk penyajian data penelitian. Penyajian tabel merupakan metode sistematis untuk menyajikan data kuantitatif dalam kolom-kolom dan baris-baris yang berhubungan dengan masalah penelitian. Penyajian bdata penelitian dalam bentuk tabel dimaksudkan agar pembaca dengan mudah dan cepat memahami dan menelaah apa yang disajikan. Tabel yang baik yaitu apabila disusun relatif sederhana dan memuat sejumlah terbatas variabel penelitian.
4.9.2. Format Tabel
Komponen utama tabel terdiri dari : nomor tabel, judul tabel, judul kolom-kolom daripada tabel, judul baris-baris daripada tabel, badan daripada tabel atau sel-sel yang ada dalam tabel, sumber data dalam tabel.
Contoh format tabel diperlihatkan dibawah ini :

Nomor Tabel
Judul Tabel
No
Judul Kolom
Judul Kolom
Judul Kolom
Judul Kolom
Judul Kolom
1
Judul Baris
Sel
Sel
Sel
2
Judul Baris
Sel
Sel
Sel





Sumber Data :……………..

4.9.3. Pemberian Nomor dan Judul Tabel
Tabel diberi nomor urut dari awal sampai akhir Skripsi dengan angka Romawi besar (misalnya : TABEL I, TABEL II dan seterusnya). Judul tabel ditulis dibawahnya, seluruhnya dengan huruf besar, tanpa tanda baca, berbentuk piramida termabli apabila lebih dari datu baris dan simetris kiri-kanan.

Catatan : alternatif lain yaitu angka Arab dengan urutan sampai akhir bab (misalnya : Tabel 1.1.,Tebel 1.2., Tabel.2.2., Tebel 3.1., Tbel 3.2, dan seterusnya). Judul tabel dituliskan disebelah kanannya dengan huruf kapital setiap permulaan kata-kata pokok.
4.9.4. Ketentuan Lainnya
Ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan pencantuman tabel ditunjukan sebagai berikut :
1. Nomor dan judul tabel ditempatkan diatas tabelnya.
2. Judul tabel hanya terdiri dari satu baris pendek dapat diketik dengan sela satu ketukan.
3. Tabel yang terdiri dari dua kolom tidak perlu diberi garis kolom.
4. Tabel yang terdiri dari lebih dua kolom hendaknya diberi garis kolom. (disekat dengan garis vertikal).
5. Kadang-kadang untuk memisahkan dua bagian yang sama didalam satu tabel, dibuat garis vertikal rangkap ditengah-tengah tabel.
6. Tabel yang hanya menempati kurang dari setengah halaman teks, dapat ditempatkan langsung dibawah teks yang bersangkutan. Apabila teks sudah samapi dibawah halaman, sebaiknya halaman tersebut dipenuhi dengan teks tadi, sedang tabelnya diletakan segera pada halaman berikutnya. Tabel yang panjangnya lebih dari satu halaman berikutnya. Tabel yang panjangnya lebih dari satu halaman (ruang ketikan) tidak dipernenankan untuk dilanjutkan pada halaman berikutnya . tabel semacam ini diberi kertas sambungan sesuai dengan keperluan (dilipat dengan rapi). Untuk nomor dan judul tabel ditempatkan disebelah kiri halaman tetap ditempatkan disebelah kanan atas.
7. Judul kolom harus diketik tepat ditengah-tengah diatas kolom yang bersangkutan. Untuk menghemat tempat dan ruangan, judul kolom yang terlalu panjang, dapat disingkat (asal tidak menimbulkan salah tafsir dan apabila perlu diberi penjelasan yang ditempatkan dibagian bawah tabel yang bersangkutan). Judul kolom diketik lebih dari satu baris hendaknya diketik dengan satu spasi. Atau bila perlu, untuk menghemat ruangan, judul kolom diketik vertikal dan membacanya dari bawah ke atas.
4.9.5. Penyajian Bahan Gambar
Yang dimaksud dengan bahan gambar adalah meliputi grafik diagram, bagan, peta, foto dan gambar. Penyajian bahan gambar ini bertujuan untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman data penelitian.
Petunjuk-petunjuk dlam menyajikan bahan gambar :
1. Bahan gambar harus diberi nomor urut dari awal sampai akhir makalah seminar dengan angka arab (misalnya GAMBAR 1, GAMBAR 2, dan seterusnya).
2. Judul gambar ditempatkan dibawah bahan gambar, diketik dengan huruf besar, tanpa tanda baca, berbentuk piramida terbalik bila lebih dari satu baris, dan simetris kiri-kanan.
3. Bahan gambar yang harus dilukis dengan tangan hendaknya dibuat dengan tinta.
4. Bahan gambar yang kurang dari setangah halaman harus ditempatkan secara serasi sesudah teks (sedapat mungkin pada halaman yang sama). Untuk bahan gambar yang melebihi setengah halaman sebaiknya ditempatkan pada halaman tersendiri.
5. Lebar dan panjang bahan gambar jangan sampai melebihi ruang ketikan. Apabila tidak dapat dihindari (melebihi ruang ketikan) sebaiknya digunakan kertas sambungan dan dilipat sedemikian rupa sehingga nampak rapi dan baik.
6. Apabila dalam makalah seminar itu banyak memuat grafik Diagram, atau bagan, maka dapat dibuat kategori masing-masing dengan nomor angka arab (misalnya GRAFIK 1, GRAFIK 2, BAGAN 1 dan seterusnya).
7. Cara menempatkan bahan gambar tidak selalu harus tegak sesuai dengan bentuk tugas akhir, tetapi dapat ditempatkan secara memanjang sesuai dengan bentuk bahan gambar yang bersangkutan. Judulnya ditempatkan disebalah kanan / sisi kanan yaitu bagian kertas yang tidak dijilid, sedang nomor halaman tetap diletakan di sebelah kanan atas.
8. Tanda-tanda baik dalam bentuk huruf atau angka, yang dipakai dalam gambar harus jelas dan sedapat-dapatnya berukuran sama dengan huruf atau angka mesin ketik.
Catatan : alternatif lain yaitu memberikan nomor berurutan sampai akhir bab, misal Gambar 1.1., Gambar 1.2. Gambar 2.1., Gambar 2.2., Gambar 3.1., Gambar 3.2., dan seterusnya. Judul gambar diketik disebelah kanannya huruf kapital setiap permulaan kata-kata pokok.

4.10. PENYAJIAN DAFTAR PUSTAKA
Dalam menyusun daftar pustaka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Sebut nama pengarangnya, judul karangannya, data tentang penerbitannya, dan jumlah halaman dari karangan tersebut (apabila diperlukan).
2. Daftar pustaka (yang dimulai dengan nama pengarang) disusun alfabetis, dan ini tidak hanya pada huruf terdepannya saja tetapi huruf kedua atau ketiga kadang-kadang juga perlu diperhatikan.
3. Tiap-tiap pustaka diketik dengan satu spasi, dan jarak antara masing-masing pustaka adalah 2 (dua) spasi.
4. Huruf pertama dari baris pertama masing-masing pustaka diketik tepat pada tepi kiri tanpa indensi sedang untuk untuk baris-baris berikutnya digunakan indensi 4 atau 5 ketukan huruf.
5. Penyusunan daftar pustaka dapat diberi nomor dengan angka arab (bukan merupakan keharusan).
6. Cara menulis pengarang asing dalam daftar pustaka ialah dengan mendahulukan nama keluarga (last name / surname) baru kemudian given name-nya (dan diakhiri dengan midle name bilamana ada/disingkat). Untuk dua atau tiga pengarang, nama pengarang kedua/ketiga tidak perlu dibalik.
7. Apabila seorang pengarang menulis dua atau lebih karangan dalam tahun penerbitan yang berbeda, maka daftar pustaka disusun menurut urutan waktu (tahun).
8. Dalam daftar pustaka sama sekali tidak boleh dicantumkan sumber referensi yang tidak pernah dibaca oleh penulis. Bila ia mengutip dari suatu buku, dan buku tersebut mengutip dari buku lain, maka yang dicantumkan dalam daftar pustaka adalah buku yang dibaca sendiri tersebut.
9. Bahan-bahan yang tidak diterbitkan dan tidak perlu diperoleh di perpustakaan (misalnya berupa pertanyaan lisan seperti keterangan pribadi, hasil wawancara dan seterusnya) tidak perlu dituliskan dalam daftar pustaka.
10. Gelar / titel yang dipunyai pengarang, dalam daftar pustaka dapat dicantumkan dan ditempatkan dibelakang nama (bukan merupakan keharusan).
11. Apabila jumlah referensi banyak, daftar pustaka dibagi-bagi dalam beberapa bagian, ada bagian untuk penerbitan berkala dan sebagainya.

Contoh-contoh penyajian Daftar Pustaka adalah sebagai berikut :
BUKU
Satu Pengarang

Supriyono. Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen Untuk Teknologi Maju dan Globalisasi. Yogyakarta : BPFE-UGM, 1994.

Dua Pengarang

Alvin A. Arens, James K. Loebbecke. Auditing : An Integrated Approach. London : Prentice Hall International Editions, 6 Edition, 1994


Tiga Pengarang

Heidjrahman R.,Sukanto R.,dan Irawan. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Yogyakarta : Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1980.


BUKU DENGAN EDISI BUKAN EDISI PERTAMA

Djarwanto PS. Statistika Nonparametrik. Edisi 2 Yogyakarta : BPFE, 1985.

Buku Sumber Kedua

Krug, Edward A. Curriculum Planning. New York : Harper & Row, 1950. Mengutip dari hart P Kelly. Educatioan For What Is Real. “New York: Harper & Row, 1974.

Buku yang ditulis bukan oleh pengarang atau penyunting buku yang bersangkutan

Ahluwalia, M. “Income Inequality : Some Dimension Of The Problem” In H Chenery et al. Redistribution With Growth. London : Oxford University Press, 1974.


Seri atau rangkaian karya

Sutrisno Hadi, Efisiensi Kerja. Jilid I dari seri Kapita Selekta “Psikologi Kerka”, 5 Jilid, Yogyakarta : [t.p],[t.th].

Lembaga sebagai penyusun buku

FAO.Production yearbook 1995U. Rome : FAO, 1996

Surat Kabar

Kompas [Jakarta], 14 November 1996.

Jurnal/Penerbitan Berkala

Dewan Rahardjo, M “Dunia Bisnis di Persimpangan jalan” Prisma. Juli 1983, 7. Hal 1-12.

Hasil Penelitian

Faisal Kasryno et al. Perkembangan Institusi dan Pengaruhnya terhadap Distribusii Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja : Kasus di Empat Desa di Jawa barat. Bogor : studi Dinamika Pedesaan, 1981.

Paper dalam Seminar/ Lokakarya

Mangundikoro, Apandi. “Konservasi tanah Dalam Rangka Rahabilitas Lahan di Wilayah Daerah Aliran Sungai” Kerta Kerja pada Lokakarya Pola dan Usahatani ke VI, Bogot, 20-21 Juni 1983.

Bahan yang Tidak Diterbitkan

Barizi. Teknik Perencanaan Linear unutk Penyusunan Rencana di Bidang Pertanian”. Bogor : Institut Pertanian Bogor, 1979 (Stensilan).
Makalah Seminar / Tesis / Disertasi

Budiarto. “Sebab-sebab dan Cara Pencegahan Labor Turnover di Pabrik Rokok Menara Sala”. Makalah Seminar Sarjana tak diterbitkan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1972.

Artikel dan Ensiklopedia

Banta, Richard E “New Harmony”. Encyclopaedia Britanica (1968 ed), Vol 16,p.305.

Artikel dari Home Page

Colestino, 2001. Corporate Culture, Sumber dari http : // www.auxillium.com / Culture.SHTML

Schonfeld, Erick, 1999. The Exchange Economy (Hal, WWW) Fortune, February 15, vol 139, Issue 3, P.67
Sumber dari http : web2.searchbank.com / Infotrac/Session/825/788/ 4966963W3 (Diakses 2 Maret 1999)