Rabu, 07 Januari 2009

> Sejarah Prima Tani

TONGGAK SEJARAH PEMBANGUNAN PERTANIAN



Ditulis oleh Abdurachman Adimihardja (Tim Teknis PRIMA TANI.)
Thursday, 22 February 2007
Dalam pidato pelepasan 200 Pemandu Teknologi, pada tgl 16 Februari 2007 yang lalu di Auditorium Departemen Pertanian, Menteri Pertanian RI menyatakan bahwa Implementasi PRIMA TANI merupakan tonggak sejarah pembangunan pertanian Indonesia, yang berawal dari desa. Benarkah demikian ?
Kalau kita kilas balik ke belakang, salah satu tonggak yang masih tampak jelas adalah Revolusi Hijau, yang direalisasikan melalui Program Bimbingan Massal (BIMAS). Program ini bertujuan meningkatkan produksi padi nasional, dengan menerapkan Panca Usaha, yaitu benih unggul, pengolahan tanah yang baik, pemupukan, pengendalian hama/penyakit, dan tandur jajar. Kita bersyukur kepada Allah SWT, bahwa program tersebut terbukti berhasil meningkatkan produksi beras secara signifikan, sehingga pada tahun 1984 Indonesia mencapai Swa Sembada Beras. Namun, kita pun harus waspada bahwa program tersebut membawa dampak negatif, antara lain berupa penggunaan agrokimia yang berlebihan, sehingga menimbulkan pencemaram lingkungan. Selain itu, perlu pula diperhatikan apakah produksi padi yang tinggi tersebut sudah mensejahterakan petani ? .
Berbeda dengan Bimas, tujuan utama PRIMA TANI adalah meningkatkan pendapatan petani, memperbaiki system pertanian, dan melestarikan lingkungan, bukan meningkatkan produksi komoditas pertanian tertentu setinggi mungkin. Komoditas uggulan dapat dipilih lebih dari satu, dalam pola tumpang sari atau tanaman-ternak, dan sebagainya. Boleh saja produktivitas komoditas pertanian pada tingkatan sedang-sedang saja, asal usaha tani dilaksanakan secara efisien, dan mampu meningkatkan pendapatan petani. Sebagai contoh, di lahan pasang-surut, dikenalkan penanaman jeruk dalam system surjan. Produktivitas padi mungkin saja tidak optimal karena sebagian lahan ditanami jeruk, namun pendapatan petani dapat meningkat 300-400 %, dari penjualan buah jeruk tersebut.
Bantuan utama yang diberikan kepada petani dalam PRIMA TANI adalah teknologi inovatif dan kelembagaan agribisnis pedesaan. Inovasi tersebut didiseminasikan secara partisipatif, tidak bersifat komando atau top-down. Inovasi pertanian, yang berupa komoditas pertanian unggulan, teknologi maju dan kelembagaan pendukung, tidak ditentukan oleh para pejabat Departemen Pertanian, tetapi dipilih oleh petani sendiri. Mereka memilih komoditas dan teknologi sesuai kemauan dan kemampuan mereka sendiri, dan tentu saja memperhatikan kesesuaiannya dengan kondisi sumberdaya lahan, air, iklim dan aspek social-ekonomi-budaya. Pemilihan inovasi tersebut dilaksanakan melalui 'Participatory Rural Appraisal' yang dilaksanakan bersama-sama oleh Peneliti, Penyuluh, Petani, Pemda dan pemangku kepentingan pembangunan lainnya.
Dalam PRIMA TANI, masyarakat desa yang pada umumnya sudah mahir bertani, diajak bekerja-sama untuk memanfaatkan potensi desa yang mereka miliki, berupa sumberdaya lahan, air, anasir iklim, ketrampilan, budaya local, dan sebagainya. Sistem pertanian 'subsintance' dan kurang efisien, secara bertahap diubah kearah 'agribisnis industrial pedesaan' atau 'agro-industri', dengan Sistem Usaha Intensifikisasi dan Diversifikasi.
Pencapaian tujuan PRIMA TANI jelas tidak mudah, dan tentunya memerlukan kerja keras baik dalam perencanaan, maupun implementasi lapangan. Itulah sebabnya Menteri Pertanian menugaskan 200 Peneliti Senior untuk bekerja di pedesaan, dalam rangka membantu implementasi PRIMA TANI, sekaligus membantu perencanaan pembangunan pertanian daerah. Di samping itu, kesempatan berada dan berbaur dengan masyarakat juga diharapkan dapat digunakan oleh para peneliti tersebut untuk mempelajari lebih mendalam permasalahan pertanian dan masyarakat tani dalam mendukung pembangunan pertanian.
Kalau PRIMA TANI diterapkan sesuai konsepsi yang telah disepakati bersama, dan dilaksanakan dengan disiplin tinggi serta kerja-sama sinergis semua pemangku-kepentingan, maka tepat sekali pernyataan Menteri Pertanian tersebut di atas, bahwa Tonggak Baru Sejarah Pembangunan Pertanian telah ditorehkan. Pemangku kepentingan pembangunan pertanian tidak hanya Departemen Pertanian, tetapi bersama-sama dengan Departemen lain yang terkait, Pemerintah Daerah dan masyarakat tani, yang seyogyanya bersinergi melaksanakan berbagai program pembangunan yang terintegrasi dalam membangun wilayah pedesaan.




Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan Prima Tani


Ditulis oleh http://www.soil-climate.or.id/
Thursday, 22 February 2007
Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Achmad Suryana, memberikan sambutan dan arahan sekaligus membuka acara Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan Prima Tani. Rakor Prima Tani ini diselenggarakan pada tanggal 14-15 Februari 2007 di Gedung Dr. Ismunadji, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu Bogor.
Dalam acara tersebut di capai Rumusan Sementara
RUMUSAN SEMENTARARAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI KEGIATAN PRIMA TANI 2007
Bogor, 14-15 Februari 2007 Prima Tani telah dijadikan program pembangunan pertanian tingkat Departemen Pertanian sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 496/Kpts/OT.160/9/2006. Dalam kaitan tersebut, lokasi Prima Tani telah diperbanyak dari 33 Desa pada tahun 2006 menjadi 201 Desa di 200 Kabupaten/Kota yang tersebar di 33 Provinsi. Sejalan dengan perluasan lokasi Prima Tani tersebut, Menteri Pertanian telah menugaskan 200 tenaga Pemandu Teknologi yang tugas utama membantu perencanaan pembangunan pertanian di daerah dan mendampingi pengembangan laboratorium agribisnis Prima Tani. Penugasan tersebut tertuang dalam Surat Penugasan Menteri Pertanian Nomor 11/KP.340/M/1/2007, tanggal 17 Januari 2007. Selain itu, Kepala Badan Litbang Pertanian telah mengeluarkan keputusan No. 211/Kpts/OT.160/3/10/2006 tanggal 30 Oktober 2006 tentang Pembentukan Tim Penyelia dan Tim Teknis Pusat PRIMA TANI. Untuk meng-koordinasikan pelaksanaan kegiatan Prima Tani di lingkup BBSDLP, telah dikeluarkan surat keputusan Kepala BBSDLP No. 14/OT.160/J.6/1/2007 tentang Pembentukan Tim Prima Tani lingkup BBSDLP.
Berkaitan dengan tugas-tugas tersebut, perlu adanya Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi dalam Pelaksanaan Prima Tani tahun 2007 lingkup BBSDLP dan 4 BPTP yang dibina, serta Pemandu Teknologi. Rakor dibuka oleh Ka Badan Litbang Pertanian, yang dihadiri oleh 90 orang peserta terdiri dari pejabat eselon II lingkup Badan Litbang Pertanian, 26 orang Pemandu Teknologi lingkup BBSDLP, 13 orang dari BPTP yang dibina (NAD, Bengkulu, Kalteng dan Bali), Tim Penyelia dan Tim karakterisasi lahan lingkup BBSDLP. Rakor tersebut menghasilkan beberapa rumusan sebagai berikut:
1.
Kepercayaan yang cukup besar dari Menteri Pertanian terhadap Badan Litbang Pertanian dalam pengembangan pertanian pedesaan melalui Prima Tani perlu diapresiasi dan dijadikan tantangan untuk terus berprestasi, sehingga dukungan seluruh unit kerja lingkup Badan Litbang Pertanian sangat diperlukan.
2.
Prima Tani telah mendapat apresiasi positif dari seluruh Pemerintah Kabupaten/ Kota. Oleh sebab itu, keberhasilan Prima Tani akan terlihat optimal apabila pemerintah daerah dan stakeholders lainnya ikut merasa memiliki, serta terjadi sinergisme program antara seluruh stekholders di wilayah masing-masing.
3.
Komunikasi dan keseragaman persepsi tentang peran, tugas, dan misi pelaksana kegiatan Prima Tani, khususnya lingkup Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, dan umumnya Badan Litbang Pertanian sangat diperlukan. Komunikasi dua arah dan intens dengan BPTP sangat menentukan.
4.
Tim Penyelia diharapkan dapat berperan aktif dalam kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan Prima Tani, khususnya di masing-masing BPTP/daerah binaannya. Dalam hal ini komunikasi dua arah dan intens antara Tim Penyelian dengan BPTP perlu terus ditingkatkan, sehingga semua permasalahan yang muncul dapat diatasi bersama.
5.
Pemandu teknologi merupakan komponen sumberdaya yang sangat strategis, terutama dalam membantu penyusunan perencanaan program pembangunan pertanian kabupaten/kota dan membantu BPTP dalam menyusun Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis di lokasinya masing-masing.
6.
Pemandu Teknologi merupakan ujung tombak dan harus mempunyai tekad bulat untuk melaksanakan tugas demi suksesnya program Prima Tani. Keahlian dan ”skill” tentang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) masing-masing pemandu teknologi agar diimplementasikan dengan baik, termasuk teknologi pertanian di luar bidang keahliannya, yang dapat diperoleh melalui koordinasi dengan Balit-Balit lain lingkup Badan Litbang Pertanian.
7.
Pemandu teknologi dalam melaksakan tugasnya berada di bawah koordinasi dan bertanggungjawab langsung kepada kepala BPTP serta diketahui oleh atasan langsung/kepala Balai yang bersangkutan. Oleh karena itu, pemandu teknologi dapat melakukan koordinasi secara pro aktif dengan BPTP, dan bersama-sama dengan BPTP dan pemerintah kabupaten/kota dapat menyusun kegiatan, jadwal, serta membuat mekanisme kerja secara jelas (ouput) dan berjenjang.
8.
Pemandu teknologi dalam melaksanakan tugasnya perlu dibekali petunjuk teknis teknologi pengelolaan sumberdaya lahan yang dihasilkan Balai-Balai lingkup BBSDLP. Teknologi pengelolaan sumberdaya lahan dalam petunjuk teknis tersebut perlu dipilih yang sudah siap terap untuk pengguna, termasuk untuk seluruh pemandu teknologi dan manajer laboratorium agribisnis.
9.
Pemandu teknologi harus proaktif dengan tugasnya meskipun permasalahan yang dihadapi di lokasi Prima Tani tidak sesuai dengan bidang keahliannya. Koordinasi langsung dengan Balit terkait merupakan jalan keluarnya.
10.
Pemandu teknologi terjun ke daerah perlu disesuaikan dengan jadual kegiatan BPTP dan pemerintah kabupaten/kota (Musrembang), sehingga program perencanaan pembangunan wilayah di daerah tersebut dan pelaksanaannya merupakan yang terbaik.
11.
Pemahaman sebagian pemandu teknologi terhadap konsep rancang bangun laboratorium agribisnis masih beragam, sehingga perlu dilakukan pendalaman dan diskusi lebih lanjut antara pemandu dan tim teknis untuk menyamakan persepsi konsep tersebut sebelum para pemandu terjun ke lapangan.
12.
Dalam penyusunan rancang bangun laboratorium agribisnis dan rekomendasi teknologi pertanian diperlukan data dan informasi sumberdaya lahan melalui karakterisasi dan identifikasi sumberdaya lahan calon lokasi Prima Tani. Namun, sebelum pelaksanaan karakterisasi dan identifikasi sumberdaya lahan di lapangan, perlu berkoordinasi dengan BPTP terkait untuk mendapatkan informasi hasil PRA di masing-masing lokasi Prima Tani, khususnya tentang komoditas unggulan dan permasalahan sumberdaya lahan, sosial ekonomi, dan pasar/kelembagaan yang dihadapi di desa tersebut, sehingga pada saat ke lapangan permasalahan tersebut dapat diamati lebih cermat.
13.
Karakterisasi dan identifikasi sumberdaya lahan dilakukan menggunakan metode quick asssesment, yang menghasilkan informasi awal sumberdaya lahan di lokasi Prima Tani, untuk selanjutnya dapat dijadikan sumber informasi dasar dalam penyusunan rancang bangun laboratorium agribisnis. Akan tetapi, metode tersebut masih memerlukan perbaikan dan penyederhanaan dalam beberapa bagian, karena tidak setiap pengguna mampu memahami seluruh informasi yang dihasilkan.
14.
Sebagian besar lokasi Prima Tani yang dibina BBSDLP telah menunjukkan perkembangan positip dan dapat dijadikan lokasi percontohan untuk lokasi lainnya. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari dukungan penuh pemerintah Kabupaten/Kota, terutama dengan adanya sinergi program antara program Prima Tani dan program pertanian di masing masing pemerintah Kabupaten/Kota. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa lokasi laboratorium agribisnis yang perlu ditangani secara lebih intensif dan sinergis antara BPTP, Tim Penyelia, Pemandu Teknologi, dan Balit komoditas terkait.

Bogor, 15 Februari 2007
TIM PERUMUS


Workshop Evaluasi Kegiatan Prima Tani 2006 dan Rencana 2007



Ditulis oleh Administrator
Thursday, 28 September 2006
Pada tahun 2007 Badan Litbang Pertanian merencanakan penambahan lokasi pelaksanaan Prima Tani sehingga total menjadi 201 lokasi yang meliputi 200 kabupaten/kota dan 33 Provinsi.
Dalam rangka pemantapan dan persiapan Prima Tani 2007, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian bertempat di Hotel Lembah Hijau, Ciloto-Cianjur, pada tanggal 19-22 September 2006, menyelenggarakan Workshop Evaluasi Kegiatan Prima Tani 2006 dan Rencana 2007.
Secara umum tujuan Workshop adalah untuk mengevaluasi dan memantapkan pelaksanaan Prima Tani tahun 2006 di 33 lokasi dan rencana pelaksanaan tahun 2007 di 201 lokasi, serta sinkronisasi pelaksanaan antara UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian (BPTP, Balit komoditas dan Puslit/BB).
Workshop sekitar 160 orang terdiri dari para Kepala Puslitbang/Pusat/Balai Besar/Direktur Eksekutif LRPI, Kepala Pusat Pengembangan SDM Pertanian, Kepala Bagian Perencanaan dan Kerjasama, Iptek dan Humas, Kepala Bidang Program dan Evaluasi Puslitbang/Puslit/BB/LRPI, Kepala Balai/ Loka Penelitian, Kepala BPTP, Kepala Pusat Penelitian lingkup LRPI, Penanggung Jawab Pembinaan kegiatan Prima Tani, Manager Laboratorium Agribisnis, Tim Teknis Pusat Prima Tani, Inspektorat Jenderal Pertanian.
Materi yang dibahas pada workshop tersebut meliputi: (1) Strategi dan Sinkronisasi Penyaluran Inovasi Pertanian Mendukung Prima Tani; (2) Perkembangan Implementasi Prima Tani; (3) Hasil Monitoring dan Evaluasi Prima Tani; (4) Strategi Implementasi Prima Tani 2007 (5) Revitalisasi Penyuluhan dan Pemberdayaan Kelompok Tani; (5) Optimalisasi Pemanfaatan Dana Dekon dan Pembantuan (6) Penjelasan Pelaksanaan PRA dan Rancangbangun Laboratorium Agribisnis; dan (7) Manajemen Prima Tani yang Akuntabel dan Bersih. Pada hari kedua, peserta akan dibagi menjadi 3 kelompok diskusi, masing-masing akan membahas tema yang berbeda yaitu (1) Lesson Learn Pelaksanaan PRA, Baseline Survei, dan Penyusunan Rancang Bangun Lab Agribisnis Tahun 2006 dan Rencana 2007; (2) Strategi Implementasi Prima Tani Tahun 2007 (Organisasi, SDM, Pemandu Teknologi, Pendanaan, dll); dan (3) Strategi dan Sinkronisasi Penyaluran Inovasi Pertanian Mendukung Prima Tani (BPTP/Balit/BB/Puslit).
Setelah melalui berbagai tahapan pemaparan dan diskusi diskusi dihasilkan rumusan untuk ditindak lanjuti, yaitu:
1.
Pemantapan Implementasi Prima Tani 2005/2006Evaluasi terhadap implementasi Prima Tani yang dimulai pada tahun 2005 dan 2006, antara lain menghasilkan kesimpulan bahwa kelemahan utama di lapangan adalah koordinasi dan sinkronisasi kegiatan dan pendanaan. Sebagai solusi diusulkan hal-hal sebagai berikut:
a.
Memperbaiki jaringan kerja antar lembaga internal dan eksternal Badan Litbang Pertanian
b.
Meningkatkan sosialisasi dan advokasi Prima Tani, baik di tingkat Pusat (Departemen), Provinsi dan Kanbupaten.
c.
Membangun dan menguatkan komitmen untuk melaksanakan Prima Tani antar komponen penelitian, penyuluhan, lembaga pelayanan jasa, dan pelaku agribisnis (pengusaha dan petani) dalam bentuk sharing program dan pendanaan.
d.
Memperbaiki mekanisme kontrol (monev) untuk meningkatkan akuntabilitas Prima Tani khususnya dan Badan Litbang pada umumnya.
e.
Penjadwalan kegiatan Prima Tani pada sisa tahun anggaran 200, baik tingkat pusat maupun setiap Laboratorium Agribisnis.
2.
Strategi Implementasi Prima Tani Tahun 2007
2.1.
Perencanaan Pada tahap perencanaan, beberapa kegiatan yang perlu dilakukan meliputi penyusunan RDHP, sosialisasi/promosi, Training of Trainers (TOT) bagi calon manager dan tenaga pemandu teknologi, penyediaan dana dan penyempurnaan buku panduan/juklak/juknis
(i)
Penyusunan RDHP (Rencana Diseminasi Hasil Penelitian/Pengkajian)
(a)
Penyusunan RDHP seyogyanya mengikuti satu acuan standar. Oleh karena itu, perlu segera disusun Juknis penyusunan RDHP Prima Tani, dan harus dapat diselesaikan pada minggu ke dua bulan Oktober. 2006
(b)
Jumlah RDHP di setiap BPTP berkisar antara 1-4 buah, tergantung kepada jumlah lokasi (kabupaten) Prima Tani, jumlah agroekosistem dan kemampuan pengelolaan (managability). Penanggung-jawab RDHP ditetapkan oleh Kepala BPTP. Untuk setiap lokasi Prima Tani disusun RODHP tersendiri, dengan Manager Lab. Agribisnis sebagai penanggung-jawabnya.
(ii)
Pemilihan LokasiLokasi definitif (kabupaten/kota dan agroekosistem) telah ditetapkan sebanyak 200 buah. Selanjutnya perlu ditetapkan lokasi desa/Lab. Agribisnis, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
(a)
Memiliki peluang keberhasilan, ditinjau dari segi sunberdaya alam dan SDM.
(b)
Respon positif masyarakat desa/tani
(c)
Respon positif pemerintah Kabupaten dan Provinsi
(d)
Kesesuaian dengan kebijakan dan program pemerintah daerah
(e)
Potensi komoditas unggulan yang akan dikembangkan sesuai dengan komoditas unggulan nasional atau daerah
(f)
Aksesibilitas (Infrastuktur transportasi dan komunikasi) Pemilihan Lokasi dapat dilakukan melalui quick assessment yang dilakukan oleh peneliti Balit/Puslit/ BB/LRPI dan BPTP.
(iii)
Identifikasi sumberdaya lahan. Apabila ketersediaan dana dan SDM kurang memadai untuk melaksanakan pemetaan atau pewilayahan komoditas di 168 lokasi Prima tani, maka identifikasi SDL dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan quick assessmet. BBSDLP bertanggung-jawab atas pelaksanaan identifikasi SDL dan penetapan methoda quick assessment yang akan digunakan.
(iv)
Sosialisasi/Promosi Sosialisasi/Promosi Prima Tani merupakan tahapan kegiatan perencanaan yang sangat penting untuk memperkenalkan konsep dan merencanakan implementasi Prima Tani. Kegiatan ini perlu dilaksanakan di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten.
a.
Di tingkat pusat, sosialisasi dilaksanakan pada acara Rapim Deptan, pertemuan para pejabat Eselon 1 dan 2 Deptan, Interdep (DN, Bappenas, Kantor Menteri Negara Daerah Tertinggal, Kantor Menteri Negara Koperasi dan UMKM, dll..
b.
Di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sosialisasi/promosi perlu memfungsi-kan Komisi Teknologi, apabila masih aktif.
c.
Materi sosialisasi disiapkan oleh Tim Teknis dan harus diselesaikan akhir bulan.. Materi dikaitkan dengan isu dan program pembangunan pertanian daerah.
d.
Menggunakan multi media (cetak dan elektronik) dan multi metode (contoh: sosialisasi dan lokakarya)
(v)
TOT Bagi Calon Manager dan Pemandu Teknologi Dalam rangka mempersiapkan SDM pelaksana Prima Tani, pada bulan November 2006 akan diselenggarakan TOT selama 3 hari bagi 200 calon Manager Laboratorium Agribisnis, yang berasal dari BPTP, dan selama 4 hari bagi 200 calon pemandu teknologi, yang berasal dari BB/Balit/Lolit. TOT akan dilaksanakan secara bertahap dengan peserta berjumlah 50 orang setiap tahap, namun akan diusahakan ada kelas yang berjalan secara paralel, agar total waktu pelaksanaan lebih singkat.Pemandu teknologi ditugasi untuk membantu pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan pertanian wilayah, oleh karena itu selain materi Prima Tani, kepada`mereka akan diberikan juga materi latihan yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan, .
(vi)
Pendanaan Pendanaan dalam rangka pelaksanaan Prima Tani bersumber dari: DIPA Eselon I Deptan, Dana Dekon dan Dana Pembantuan, Dana Pemerintah Daerah, Dana Swasta. Dan Dana Petani Dana penyelenggaraan TOT dan PRA bersumbaer dari Sekretariat Badan Litbang Pertanian, Balit dan BPTP. Untuk memenuhi kebutuhan dana pada tahun 2006 ini, diperlukan revisi anggaran di UPT/UK, yang harus didasari dengan payung kebijakan dari Badan Litbang Pertanian, dengan syarat bahwa pemanfaatan dana tersebut tidak mengganggu kinerja tahun 2006.
(vii)
Buku Panduan dan Petunjuk Teknis Dalam rangka menjaga kesamaan persepsi dan memfasilitasi kelancaran implementasi Prima Tani, maka berbagai panduan dan petunjuk teknis telah siap diterbitkan, diperbanyak dan disebarluaskan. Panduan yang telah siap meliputi : Rancangan Dasar Prima Tani, Pedoman Pelaksanaan Prima Tani, Pedoman Penyusunan Berbagai Petunjuk Teknis Prima Tani (Laboratorium dan Klinik Agribisnis, Inovasi Teknologi dan Kelembagaan), Pedoman Umum Monitoring dan Evaluasi Prima Tani
2.2.
Pengorganisasian
(i)
Struktur organisasi Prima Tani ditetapkan sebagai salah satu instrumen program Deptan (Ketahanan Pangan, Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing, serta Kesejahteraan Masyarakat). Pengorganisasian Prima Tani Tingkat Pusat telah selesai dilakukan. Sedangkan pengorganisasian Tingkat Daerah telah dirancang dan akan ditindaklanjuti. Organisasi Prima Tani Tingkat Pusat telah ditetapkan dalam SK Mentan No. 496/Kpts/OT 160/9/2006 dan terdiri dari Tim Pembina dan Tim Pelaksana (Pelaksana Harian dan Tim Teknis Pusat). Selain itu, organisasi Prima Tani Tingkat Pusat diusulkan untuk dilengkapi dengan Penyelia dan Tim Monev (Inspektorat Jenderal dan Badan Litbang). Sedangkan organisasi Tingkat Daerah meliputi:
a.
Propinsi
*
Pengarah: Gubernur/Wakil Gubernur/Sekretaris Daerah
*
Tim Pembina: Bappeda dan Unsur Eselon 2 terkait
*
Tim Teknis: Unsur BPTP, Balit, PT atau Komisi Teknis
b.
Kabupaten
*
Pengarah: Bupati/Wakil Bupati
*
Tim Pembina: Bappeda dan Eselon 2 terkait
*
Tim Teknis: Manager, Koordinator Teknis, Koordinator Kelembagaan dan Koordinator Diseminasi dari Lab. Agribisnis, Penyuluh dan Kasubdin atau Komisi Teknis
(c)
Laboratorium Agribisnis
*
Manager (Peneliti/Penyuluh dari BPTP)
*
Koordinator Teknis (Balit/BB/BPTP)
*
Koordinator Kelembagaan (Balit/BB/BPTP)
*
Koordinator Diseminasi(Balit/BB/BPTP)
*
Klinik Agribisnis
a.
Ketua : Penyuluh
b.
Sekretaris : Penyuluh
c.
Seksi-seksi: Petani
d.
Konsultan (Peneliti/Penyuluh)
(ii)
SDM Pelaksanaan Prima Tani harus didukung oleh SDM yang berkualitas, sesuai dengan tugas dan fungsinya, dengan kriteria tertentu. Beberapa hal yang harus diperhatikan :
(a)
Di setiap lokasi/desa Prima tani, terdapat 4-5 orang pelaksana. Apabila tidak dapat terpenuhi, maka BPTP dapat melakukan outsourcing dari PT, Dinas atau mahasiswa setempat, dengan tetap memperhatikan aturan penggunaan dana yang berlaku.
(b)
Tenaga pemandu teknologi yang merangkap sebagai tenaga advokasi pembangunan pertanian wilayah, yang berasal dari BB/Balit/Lolit, harus memenuhi kriteria pendidikan minimal S2, memiliki wawasan luas, dan diusulkan oleh Pejabat Es II terkait, untuk selanjutnya di tugaskan dengan SK Penugasan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian.
(c)
Manager Lab. Agribisnis adalah staf BPTP, ditetapkan oleh Kepala BPTP, dengan mempertimbangkan pendidikan minimal S1, dan kemampuan managerial dan hubungan sosial yang memadai.
2.3.
Implementasi Implementasi Prima Tani mengikuti beberapa tahapan kegiatan secara berurutan dan dijadwal secara ketat. BPTP bertugas menyusun kegiatan di masing-masing lokasi/desa Prima tani, dan dibuatkan Jadwal Palang. Kegiatan Prima Tani dimaksud meliputi:
(i)
Pelaksanaan Participatory Rural Appraisal (PRA), oleh BPTP bersama mitra kerja, sesuai petunjuk Teknis PRA. Mengingat keterbatsan dana, maka pendampingan oleh Tim Teknis diutamakan untuk BPTP Bangka Belitung, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan PTP Irian Jaya Barat. Penyusunan jadwal kegiatan PRA menurut provinsi harus segera dibuat. Pelaksanaan PRA untuk 168 lokasi Prima Tani baru, sebaiknya dilaksanakan pada tahun 2006, sebagai bagian dari strategi pelaksanaan Prima Tani 2007
(ii)
Penyusunan Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis.
(iii)
Lokakarya Pemantapan Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis.
(iv)
Pelaksanaan Base Line Survey.
(v)
Penyusunan Road Map yang memuat tujuan, tahapan inovasi teknologi dan kelembagaan, serta tahapan kegiatan.
(vi)
Pembentukan Klinik Agribisnis.
(vii)
Penerapan Inovasi Teknologi dan Kelembagaan Agribisnis Pedesaan..
(viii)
Pembinaan oleh Es I dan Es II
(ix)
Koordinasi antar pelaksana yang diselenggarakan dalam berbagai forum pertemuan di Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota)
2.4.
Monitoring dan Evaluasi Monev dilaksanakan secara reguler, berupa laporan dan kunjungan lapangan. Kunjungan lapangan dilakukan minimal 1 kali dalam 1 tahun di sebagian lokasi Prima Tani, yang ditentukan secara acak berdasarkan agroekosistem. Pelaksaannya dilakukan oleh Tim Monev Badan Litbang, mengacu pada Panduan Monev yang didalamnya mencantumkan kriteria dan cara menilai Prima Tani. Selain itu, Monev Prima Tani dilakukan juga oleh Inspektorat Jenderal Deptan, yang bekerja secara independent.
3.
Sinkronisasi dan Koordinasi BPTP, Balit Komoditas dan Puslit/BB/LRPI
3.1.
Mekanisme Penyediaan Inovasi Teknologi (Benih, Bibit, Alsin) Telah disepakati beberapa hal penting berkaitan dengan penyediaan inovasi teknologi, yang harus segera ditindak lanjuti, sebagai berikut:
(a)
Teknologi yang didiseminasikan dalam Prima Tani diprioritaskan yang berasal dari Badan Litbang Pertanian.
(b)
Guna memperoleh teknologi yang dibutuhkan, secara administrasi BPTP mengajukan permintaan kepada Balit dengan tembusan surat ke Puslitbang/BB. Untuk Puslit di bawah lingkup LRPI, surat permintaan ditujukan langsung ke Direktur Eksekutif LRPI.
(c)
BB/Balit/Lolit menyediakan inovasi teknologi (benih sumber, alsin, pasca panen, kumpulan teknologi, dan lainnya) sesuai kemampuan Balit/BB. Dana pengiriman benih sumber dibebankan ke BPTP.
(d)
Untuk sumber teknologi lainnya (seperti alsintan, teknologi pasca panen, identifikasi sumberdaya lahan dan air), maka prototipe atau percontohan serta tenaga ahlinya disediakan oleh BB/Balit/Lolit, sedangkan perbanyakannya dilakukan dan dibiayai oleh BPTP
3.2.
Mekanisme Penyaluran Inovasi Beberapa kesepakatan dalam penyaluran inovasi adalah sbb:
(a)
Penyaluran Informasi teknologi dilakukan melalui berbagai media komunikasi (media elektronik dan media cetak)
(b)
Informasi dan komunikasi teknologi dari Balit dapat diakses ke website Prima Tani.
(c)
Pengawalan teknologi dari BB/Balit/Lolit tergantung kebutuhan BPTP dan kemampuan BB/Balit/Lolit, tidak setiap kegiatan harus dihadiri oleh BB/Balit/Lolit, diutamakan kepada kegiatan PRA dan penyusunan rancang bangun lab agribisnis




Rapat Kerja Persiapan Implementasi Prima Tani 2007



Ditulis oleh Administrator
Tuesday, 29 August 2006
Seiring dengan pandangan positip atas konsep dan implementasi Prima Tani tahun 2005 dan 2006 di 33 lokasi, Departemen Pertanian memberi kepercayaan kepada Badan Litbang Pertanian untuk memperluas cakupan implementasi Prima Tani menjadi di 200 Kabupaten/Kota dan 33 Provinsi pada tahun 2007.
Kepercayaan tersebut tidak lepas dari jerih payah seluruh komponen Badan Litbang Pertanian dalam menerapkan inovasi teknologi dan kelembagaan langsung ke petani/kelompok tani di pedesaan dan mewujudkan paradigma Badan Litbang Pertanian, yaitu penelitian untuk pembangunan.
Sebagai upaya untuk menyamakan persepsi dan mematangkan persiapan implementasi Prima Tani tahun 2007 dengan fokus pada aspek manajemen, pada tanggal 31 Juli 2006 bertempat di Hotel Jaya Raya, Cipayung, dilaksanakan Rapat Kerja “Persiapan Implementasi Prima Tani Tahun 2007”. Rapat kerja diselenggarakan oleh Sekretariat Badan Litbang Pertanian dan BB P2TP dan dibuka secara langsung oleh Kepala Badan Litbang Pertanian. Pertemuan ini dihadiri 180 orang yang terdiri atas Eselon 2 dan Eselon 3 Badan Litbang Pertanian, nara sumber dari Inspektorat Jenderal Departemen Pertanian dan peneliti senior dari Badan Litbang Pertanian, serta Tim Teknis Pusat Prima Tani.
Materi bahan diskusi meliputi (1) Apresiasi Implementasi Prima tani Tahun 2005 dan 2006 disampaikan oleh Inspektur II Itjen Deptan yang dalam kesempatan tersebut diwakili oleh Ir. Alwi Munsyir, MS; (2) Rencana Prima Tani 2007 disampaikan oleh Kepala BB P2TP (Dr. Udin S. Nugraha); dan (3) Strategi Implementasi Prima tani Tahun 2007 disampaikan oleh Ketua Tim Teknis Pusat Prima Tani (Dr. Abdurachman Adimihardja). Rangkaian acara didominasi oleh diskusi yang menyangkut aspek perencanaan, organisasi dan staffing serta implementasi dan monev Prima Tani.
Sesuai arahan Menteri Pertanian untuk perluasan implementasi Prima Tani, menempatkan program Prima Tani harus tetap dilanjutkan dan dilaksanakan pada tahun 2007 (point of no return). Prima Tani tahun 2007 dapat diartikan juga sebagai Prima Tani Eskalasi. Untuk itu, penyamaan persepsi harus dibangun mulai dari hal-hal yang bersifat filosofis hingga praktikal. Demikian Kepala Badan Litbang Pertanian mengawali sambutannya. Beliau menegaskan bahwa untuk mempermudah pemahaman tentang konsep Prima Tani terdapat 4 kata kunci yang penting untuk diingat, yaitu: (1) Rintisan, Prima Tani sebagai model pengembangan pertanian di pedesaan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa pelaksanaannya harus ada time frame yang jelas sehingga harus ada exit strategy, harus ada terobosan dengan menggunakan inovasi pertanian, baik teknologi maupun kelembagaan, (2) Akselerasi diseminasi, Prima Tani berfungsi sebagai suatu proses untuk melakukan percepatan diseminasi inovasi teknologi dan kelembagaan. (3) Inovasi Pertanian, inovasi teknologi diimplementasikan langsung ke petani/kelompok tani. Sumber inovasi pertanian dalam Prima Tani tidak hanya dari Badan Litbang Pertanian, tetapi dapat juga berasal dari sumber lain termasuk indigenous knowledge. Inovasi tersebut bersifat komprehensif, tetapi tetap mampu menjawab masalah spesifik dalam simpul-simpul sistem agribisnis, dan (4) Stakeholders/sasaran/target beneficieries/pengguna dilibatkan secara aktif di lapangan.
Ketua tim Teknis Prima tani (Dr. Abdurachman Adimiharja) menjelaskan panjang lebar mengenai strategi implementasi Prima Tani. Dikatakannya bahwa Prima Tani Eskalasi mengandung makna bahwa implementasinya memerlukan penyesuaian struktural dan fungsional dari setiap komponen yang terlibat, sehingga kesibukan dalam Prima Tani Eskalasi bukan lagi layaknya business as usual. Dengan adanya perluasan implementasi Prima Tani pada tahun 2007, maka posisi Prima Tani Eskalasi secara tidak langsung dimantapkan sebagai salah satu instrumen implementasi yang mengintegrasikan program Departemen Pertanian. Seperti diketahui program-program Departemen Pertanian terdiri dari (i) Ketahanan Pangan, (ii) Peningkatan Daya Saing, (iii) Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, dan (iv) Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (PPK). Posisi ini mengandung implikasi adanya pergeseran/pelebaran tupoksi pelaksanaan Prima Tani dari tupoksi Badan Litbang Pertanian ke tupoksi Departemen Pertanian. Dalam hal ini, Badan Litbang Pertanian sebagai focal point Prima Tani Eskalasi.
Prima Tani Eskalasi tahun 2007 merupakan amanah/kepercayaan yang penuh tantangan sehingga perlu dilaksanakan secara profesional, bukan business as usual. Oleh karena itu, manajemen Prima Tani Eskalasi harus disiapkan secara matang. Manajemen persiapan tersebut meliputi aspek perencanaan, organisasi dan SDM, implementasi, serta monitoring dan evaluasi. (Subaidi-BBP2TP)




Workshop Pemantapan Kegiatan Prima Tani Tahun 2006



Ditulis oleh Administrator
Monday, 28 August 2006
Untuk mendorong keberhasilan dan keberlanjutan pelaksanaan kegiatan Prima Tani, Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BB Pengkajian) menyelenggarakan Workshop Pemantapan Kegiatan Prima Tani Tahun 2006 pada tanggal 5 – 11 Maret 2006 di Bogor. Kegiatan workshop ini terdiri dari dua kegiatan utama, yakni Training of Trainer (TOT) bagi 11 BPTP yang baru melaksanakan kegiatan Prima Tani pada tahun 2006 dan Workshop Pemantapan Petunjuk Teknis (Juknis) Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis bagi 14 BPTP yang telah melaksanakan kegiatan Prima Tani sejak tahun 2005. Workshop dihadiri oleh Kepala BPTP beserta penanggungjawab Prima Tani di BPTP, para Kabid Program dan Evaluasi lingkup eselon II Badan Litbang Pertanian, serta Tim Teknis Pusat Prima Tani
Pada kesempatan pengarahannya kepala Badan Litbang Pertanian mengingatkan agar konsep Prima Tani dipahami benar secara utuh. Prima Tani outputnya model pengembangan pertanian dengan pendekatan agroekosistem, agribisnis dan kelembagaan. Pada kesempatan tersebut Kepala Badan Litbang menegaskan lagi posisi tugas BB Pengkajian untuk membina dan mengkoordinir BPTP. Di daerah jangan dikesankan bahwa Prima Tani merupakan programnya Badan Litbang Pertanian tapi merupakan program bersama untuk disukseskan bersama. Untuk itu, sejak awal agar melibatkan instansi terkait, LSM, pelaku agribisnis lainnya, maupun perbankan.
Setelah melalui berbagai pembahasan dan diskusi diperoleh rumusan sebagai berikut :
TOT Prima Tani
A.
Dalam pemilihan lokasi/calon lokasi Prima Tani perlu diperhatikan program pemerintah daerah yang ada (existing programe) maupun yang akan dilaksanakan, sehingga kegiatan Prima Tani merupakan bagian dari program daerah. Untuk itu, diperlukan adanya sosialisasi Prima Tani baik di tingkat propinsi maupun kabupaten. Selanjutnya, bersama dengan pemerintah daerah (instansi terkait), petani, organisasi masyarakat (LSM), dan pelaku agribisnis lainnya untuk mengevaluasi kelayakan lokasi yang akan dipilih tersebut.
B.
Desa terpilih merupakan representatif dari tipe agroekosistem yang dominan di tingkat propinsi dan kabupaten. Masyarakat desa terpilih merupakan desa yang cukup responsif terhadap inovasi, sehingga peluang dampak inovasi di desa terpilih akan relatif besar, karena secara umum teknologi yang diterapkan petani masih rendah.
C.
Lokasi strategis dilihat dari segi diseminasi inovasi harus (a) dekat dengan kawasan (sasaran) pengembangan yang cukup luas dan (b) aksesibilitas cukup baik agar mudah terlihat oleh masyarakat desa lain.
D.
Pemilihan komoditas yang akan dikembangkan adalah komoditas unggulan dari hasil PRA yang memiliki karakter sebagai berikut: mempunyai nilai ekonomi tinggi, berpeluang pasar cukup besar, dan dapat menjadi pemicu pengembangan pedesaan. Sedangkan komoditas lainnya sebagai pendukung yang terintegrasi dan sinergis satu sama lain. Hasil PRA dianalisis berdasarkan kelayakan teknis, ekonomis, lingkungan dan sosial budaya setempat.
E.
Dalam menyusun rancang bangun laboratorium agribisnis pendekatannya adalah pendekatan wilayah yang dibatasi oleh administrasi (1 desa/1 kecamatan), yang pengembangannya untuk menuju AIP dapat dilaksanakan secara bertahap.
F.
Tim pelaksana Prima Tani di propinsi/kabupaten dibentuk dengan SK gubernur/bupati, dan BPTP berfungsi sebagai vocal point. Struktur organisasi di tingkat propinsi dan kabupaten disusun dengan mempertimbangkan unsur koordinasi, sinkronisasi, dan sinergisme program Prima Tani baik di tingkat propinsi maupun kabupaten.
G.
Kelembagaan adalah alat untuk membantu petani dalam perolehan inovasi teknologi (penyediaan saprodi, penanganan pasca panen, pemasaran, dll) secara mudah dan efektif dalam pengembangan agribisnis.
H.
Dalam pengembangan kelembagaan terdapat 3 pola yaitu pola pasar, pola komunitas dan pola pemerintah, dengan fokus pelayanan kepada para anggota kelompok tani. Peluang pembentukan kelembagaan baru atau revitalisasi masih dimungkinkan sesuai dengan dinamika masyarakat di wilayah tersebut.
I.
Dalam sosialisasi pelaksanaan Prima Tani seyogyanya sejak awal perlu melibatkan Pemda terutama Bappeda baik di tingkat propinsi maupun kabupaten. Hal ini dimaksudkan agar BPTP dalam melakukan koordinasi dengan Pemda (instansi terkait lainnya), Bappeda berperan sebagai entry pointnya.
J.
BPTP sebagai fungsi negosiator dan fasilitator dalam melaksanakan kegiatan Prima Tani harus bersifat proaktif.
K.
BPTP sebagai ujung tombak Badan Litbang Pertanian yang berkaitan dengan tupoksinya, terutama dalam mendiseminasikan inovasi teknologi perlu dikuasai teknik komunikasi baik melalui media elektronik (radio, tv) maupun media cetak. Dalam media cetak (poster, leaflet), seyogyanya disajikan dengan cukup sederhana tetapi penampilannya sangat menarik perhatian pengguna. Dalam kaitanya ini, perlu menunjuk baik secara individu ataupun instansi lingkup Badan Litbang Pertanian menjadi “public awareness”.
L.
Dalam penyusunan juknis rancang bangun lab agribisnis di setiap wilayah Prima Tani akan disusun oleh suatu tim yang terdiri dari BPTP, stakeholder (pemda terkait), dinas terkait, dan pelaku agribisnis.

Workshop Pemantapan Petunjuk Teknis (Juknis) Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis
A. Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis
1.
Pembentukan dan pengembangan inovasi kelembagaan di Laboratorium Agribisnis (LA), perlu memperhatikan tujuh prinsip yaitu: kebutuhan, efektivitas, efisiensi, fleksibilitas, manfaat, pemerataan dan keberlanjutan. Dengan demikian elemen kelembagaan AIP tidak perlu dipaksakan harus ada, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan atau dibuat secara bertahap sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut di atas, termasuk pola kelembagaan yang disesuaikan dengan kondisi sosial/ekonomi setempat.
2.
Dalam penyusunan rancang bangun Lab Agribisnis, yang perlu ditindak lanjuti secara lebih baik adalah jaringan kerjasama. Klinik Agribisnis perlu lebih dibenahi agar berfungsi secepat mungkin.
3.
Agar supaya kegiatan yang akan dilaksanakan dalam menunjang terbentuknya Laboratorium agribisnis (AIP), maka petunjuk teknis yang ada sekarang, beberapa hal masih perlu diperjelas/dirinci, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda dan dapat digunakan secara operasional di lapangan.
4.
Dalam penyusunan rancang bangun Laboratorium Agribisnis, ada dua kegiatan utama yang perlu dukungan yaitu inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan. Jenis-jenis inovasi teknologi dan kelembagaan yang ada di Laboratorium Agribisnis akan banyak ditentukan oleh potensi sumber daya lahan dan potensi masyarakat secara partisipatif melalui kegiatan PRA. Dalam hal ini indegeneous knowledge (kearifan lokal) merupakan hal penting dalam penyusunan Laboratorium Agribisnis. Inovasi teknologi dan kelembagaan dalam laboratorium agribisnis tidak bisa dipisahkan karena satu sama lain saling membutuhkan.
5.
Substansi dalam rancangan dasar Prima Tani yang berisi konsepsi dan model pengembangan, disain program dan implementasi, serta indikator kinerja Prima tani masih bersifat konsep atau terlalu filosofis. Oleh karena itu, rancangan tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut terutama dalam prosedur, sistem dan proses, agar secara operasional mudah dilaksanakan dan membumi. Dalam hal ini perlu membangun bersama-sama, baik tim teknis pusat Prima Tani, Pembina, maupun penanggung jawab (BPTP).
B. Kelembagaan
6.
Dalam metodologi pemenuhan opsi kelembagaan dalam kegiatan Prima Tani, akan meliputi dua aktivitas yaitu pembentukan kelembagaan yang dibutuhkan dan peningkatan kinerja kelembagaan yang sudah ada. Jenis aktivitas pokok di dalam Prima Tani tersebut adalah pemenuhan teknologi software, input dan sarana produksi, modal usaha, tenaga kerja, manajemen pengelolaan usahatani, dan pemasaran hasil produksi.
7.
Kelembagaan Klinik Agribisnis di Laboratorium Agribisnis mutlak perlu dibentuk agar akses pemenuhan kebutuhan dalam membangun sistem agribisnis lebih mudah. Hal ini tidak mutlak bahwa klinik agribisnis harus di lokasi Prima tani, yang lebih penting adalah lokasi tersebut harus mudah dijangkau dan mudah diakses oleh petani/pelaku agribisnis..
8.
Dalam pengembangan kelembagaan terdapat tiga pola yaitu pola dasar, pola komunitas dan pola pemerintah dengan fokus pelayanan kepada para anggota kelompok tani. Peluang pembentukan baru atau revitalisasi masih dimungkinkan sesuai dengan dinamika masyarakat di wilayah tersebut.
C. Monitoring dan Evaluasi
9.
Kegiatan Prima tani di 14 propinsi telah berjalan, walaupun waktu dimulai, kecepatan, dan intensitas pelaksanaannya berbeda-beda antar BPTP. Hal ini terutama disebabkan terlambatnya pencairan anggaran disamping pemahaman terhadap konsep Prima tani (rancangan dasar, Pandum dan Juknis) yang belum sepenuhnya dikuasai oleh pelaksana di lapangan, baik oleh BPTP, stakeholders, maupun masyarakat yang terlibat dengan Prima Tani. Untuk itu intensitas pendampingan secara langsung atau tidak langsung oleh Pembina dan Tim Teknis perlu menjadi perhatian
10.
Berdasarkan pengalaman tahun 2005, pendampingan yang lebih intensif secara periodikperlu dilakukan terhadap BPTP yang baru akan melaksanakan Prima tani tahun 2006, terutama intensitas sosialisasi terhadap stakeholders di pusat dan di daerah serta masyarakat yang terlibat kegiatan Prima Tani. Untuk BPTP yang telah memulai kegiatan Prima Tani pada tahun 2005, pendampingan lebih difokuskan pada inovasi kelembagaan serta pemantapan organisasi dan jaringan kerjasama.
11.
Mengimplementasikan panduan Monev Prima Tani maka BPTP agar melakukan pelaksanaan monev internal Prima Tani minimal dua kali setahun; sedangkan pelaksanaan monev oleh Tim Monev Pusat (Sekretariat Badan Litbang, Tim Pembina dan Tim teknis Prima Tani) dilakukan mengikuti prosedur (metode) secara lengkap, terutama dalam hal melakukan kegiatan pemutakhiran hasil monev antara Tim Monev dengan Kepala BPTP bersama Tim Prima Tani-nya
D. Baseline Survey
12.
Dalam evaluasi dampak melalui baseline survey perlu dimasukkan aspek adopsi dan diseminasi untuk melihat sejauh mana terjadinya akselerasi adopsi teknologi selama pelaksanaan Prima Tani (3 - 5 tahun kedepan), terutama dalam hal kadar adopsi, jumlah petani yang terlibat yang mengadopsi teknologi yang dikehendaki atau yang diperlukan, termasuk cakupan areal/luasan. Sehubungan dengan hal tersebut, baseline survey mengakomodasikan pengumpulan data yang relevan dan metode analisisnya
E. Umum/Lain-lain
13.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan perlu ditingkatkan pada pelaksanaan Prima Tani antara lain: a) peluang pengembangan dikaitkan dengan kesesuaian inovasi teknologi sesuai dengan potensi sumber daya dan keinginan petani, serta peluang pasar b) Evaluasi data sekunder tingkat desa dan kecamatan (analisa potensi lahan dan masyarakat), c) Frekuensi diskusi dengan kelompok tani, stakeholder dan pelaku agribisnis lainnya, d) Sosialisasi hasil PRA dengan Pemda/Stakeholder/ pelaku agribisnis termasuk sinkronisasi kegiatan Prima Tani dengan kegiatan Pemda.
14.
Prima Tani merupakan salah satu program utama Badan Litbang Pertanian, maka seluruh Unit Kerja/Unit Pelaksana Teknis (UK/UPT) lingkup Badan Litbang Pertanian perlu untuk bertanggung jawab tentang keberhasilan Prima Tani. Selama ini masih dirasakan bahwa Balit komoditas sebagai penghasil teknologi perlu meningkatkan keterkaitannya dan bersinergi dengan pelaksana Prima Tani (BPTP), agar inovasi teknologi yang akan diterapkan secara teknis mudah dilaksanakan di lapangan.
15.
Indikator-indikator keberhasilan di dalam pedoman umum Prima Tani perlu dikuantitatifkan berdasarkan variabel-variabel yang dapat di ukur.
16.
Peningkatan pendapatan petani dalam melaksanakan Prima Tani tidak saja semata-mata bersumber dari inovasi teknologi, tetapi bisa saja bersumber darj offfarm karena introduksi inovasi teknologi tersebut dapat saja menjadi multi player effect.

Tidak ada komentar: